Virus Corona di Madiun
Petani di Kota Madiun Manfaatkan Lahan Kosong untuk Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19
Pekarangan di Kota Madiun yang sebelumnya dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan, ia ubah menjadi perekebunan hortikultura dengan metode polybag.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Rahadian Bagus
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Isu ketahanan pangan menjadi sangat penting pada saat pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
Sebab, ketahanan pangan sangat erat kaitannya terhadap kestabilan ekonomi, gejolak sosial, dan politik.
Ketahanan pangan mengindikasikan pada ketersediaan akses terhadap sumber makanan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibanding dengan kebutuhan dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi.
Pemerintah pusat telah meminta masing-masing kepala daerah agar memperhatikan ketersediaan pangan di daerahnya agar tidak terjadi kekurangan pangan. Hal itu merujuk peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang menyebut bahwa akan terjadi krisis pangan dunia, selama pandemi virus Corona terus terjadi dan belum diketahui kapan akan berakhir.
Menyadari hal tersebut, seorang petani di Kota Madiun, Muhammad Fajar, mencoba membuat inovasi dengan memanfaatkan lahan kosong di Kota Madiun.
Ia memanfaatkan pekarangan kosong seluas dua hektare di Perumahan Dinas Korem 081/DSJ, Jalan Setia Budi, Kecamatan Taman, Kota Madiun.
Pekarangan yang sebelumnya dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan, ia ubah menjadi perekebunan hortikultura dengan metode polybag. Bermodal awal sekitar Rp 2,4 juta, ia memulai menanam 2000 jenis tanaman di polybag.
“Saya ingin mengubah pola pikir masyarakat di perkotaan. Selama ini mereka berpikir, untuk bisa menjadi petani harus memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sementara lahan di perkotaan sangat terbatas,” kata Fajar, Rabu (12/8/2020) siang.
• Pulang dari Semarang, Warga Winongo Kota Madiun Positif Covid-19, Awalnya Mengeluh Demam dan Batuk
Ia menuturkan, dengan menggunakan polybag yang diisi degan media tanam serta unsur hara yang cukup, sudah dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman hortikultura. Menurutnya, metode perkebunan dengan menggunakan sistem polybag sangat cocok diterapkan di perkotaan, seperti di Kota Madiun.
“Mengingat lahan di kota sangat terbatas atau sempit, sehingga memanfaatkan polybag untuk berbudi daya tanaman. Dengan pertimbangan, praktis, unsur hara terjaga, memudahkan perawatan,” katanya.
Fajar mulai menanam 2000 tanaman di polybag ukuran diameter 40 cm, pertengahan Juni 2020. Beberapa jenis tanaman yang ia tanam yakni, tomat, cabai, terong, dan brokoli.
“Umur panen nanti tiga hingga empat bulan, saat ini sudah sekitar dua bulan berjalan, masih proses,” katanya.
Fajar mengatakan, dari satu pohon cabai dapat menghasilkan 2 kilogram, sedangkan terong sekitar 2-3 kilogram, brokoli sekitar 0,5 kilogram, tomat sekitar 5 kilogram. Tidak hanya menjual hasil panen, bibit yang sudah berusia sekitar dua minggu juga dapat dijual Rp 7.500 per polybag.
• Pasangan Suami Istri di Kota Madiun Positif Covid-19, Sempat Rapid Test Hasilnya Nonreaktif
“Dari hasil panen 2000 polybag, kira-kira hasil atau omzet untuk sekali panen sekita Rp 15 juta,” jelasnya.
Dia berharap, metode perkebunan menggunakan polybag yang ia terapkan dapat menginsipirasi warga di Kota Madiun, agar mau menjadi petani di kota. Sedangkan hasil panen dari perkebunannnya dapat memenuhi kebutuhan sayuran bagi warga di Kota Madiun.
Lahan pertanian produktif di Kota Madiun setiap tahun berkurang.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun, Muntoro Danardono, mengatakan, saat ini luas lahan pertanian produktif sekitar 898 hektare.
Setiap tahun, kata Muntoro Danardono, lahan pertanian di Kota Madiun berkurang atau mengalami penurunan sekitar satu persen akibat alih fungsi lahan.
“Saat ini lahan pertanian produktif di Kota Madiun hanya tinggal 898 hektare, akibat alih fungsi lahan untuk permukiman,” kata Muntoro Danardono.
Ia mengatakan, lahan pertanian produktif di Kota Madiun sebagian besar ditanami padi. Mayoritas lebih memilih menanam padi dibandingkan jenis tanaman hortikulutra.
“Mungkin karena persoalan iklim,” katanya.
• UPDATE CORONA di Ponorogo Rabu 12 Agustus 2020, Lima Klaster Sembuh 100 Persen, Termasuk Gontor 2
Muntoro Danardono menambahkan, berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan dialami semua daerah perkotaan. Berbeda dengan daerah kabupaten yang bisa menambah luasan lahan pertanian dengan membuka hutan atau tegalan.
Ia mengatakan, beberapa inovasi seperti metode penanaman menggunakan polybag sudah dicoba namun kurang mendapat respons yang baik dari para warga di Kota Madiun.
“Sistem polybag itu memungkinkan sebenarnya. Tetapi persoalannya, misalnya ada dibantu (polybag) tidak diopeni, persoalannya warga kita tidak seperti petani yang sesungguhnya,” imbuhnya.
Hidupkan kembali lahan tidur di Kota Madiun untuk perkebunan
Tidak hanya padi, selama ini kebutuhan sayuran, buah, dan palawija warga Kota Madiun, dipenuhi kabupaten tetangga, seperti Magetan, Madiun, dan Ngawi.
Padahal, petani yang bermukim di Kota Madiun bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut jika lahan yang ada dimaksimalkan.
Untuk itu, Wali Kota Madiun Maidi, menghidupkan 30 hektare lahan tidur milik Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun untuk disulap menjadi lahan produktif perkebunan palawija, sayur, dan buah-buahan. Di antaranya, cabai, bawang merah, tomat, timun, terong, dan kacang panjang.
Kini, 10 hektare lahan tidur yang ditanami enam bulan lalu sudah panen. Sedangkan 20 hektare sisanya baru akan masuk tahap penanaman.
“Jadi nanti giliran sana panen, sini baru tanam. Sini panen, sana baru tanam,” kata Maidi.
Maidi berharap, upaya tersebut dapat mendongkrak roda perekonomian, serta menciptakan ketahanan pangan masyarakat Madiun di era new normal dan musim kemarau. Terlebih, saat ini permintaan sayur, buah, dan palawija di Madiun melonjak tinggi karena masyarakat ingin memenuhi kebutuhan imunitas tubuh.
Angka permintaan pun diprediksi akan terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Kota Madiun pada 2018 mencapai 176.697 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 0,39 persen.
Kemudian, pemberian izin untuk menggelar hajatan di era new normal juga menjadi faktor yang memengaruhi peningkatan permintaan. Kini banyak warga yang menggelar pernikahan.
“Saya khawatir tiga bulan ke depan inflasi, cari barang tidak ada. Maka semua lahan tidur harus dihidupkan,” kata Maidi.
Editor: Dwi Prastika