Virus Corona di Surabaya
Sekolah Tatap Muka Surabaya Ditiadakan, DPRD Apresiasi
Kota Surabaya yang sebelumnya menyiapkan belajar tatap muka harus ditiadakan. Pandemi virus Corona atau Covid-19 di lingkungan pendidikan di kota ini
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kota Surabaya yang sebelumnya menyiapkan belajar tatap muka harus ditiadakan. Pandemi virus Corona atau Covid-19 di lingkungan pendidikan di kota ini belum mereda. Malah sebaliknya memakan korban.
Salah seorang kepala sekolah di sebuah SDN meninggal saat pandemi virus Corona atau Covid-19. Pemkot Surabaya pun meniadakan rencana belajar tatap muka itu dalam waktu yang belum bisa dipastikan.
Ini seiring telah dikeluarkan surat edaran Wali Kota Surabaya bahwa semua tugas kedinasan pendidikan wajib dilakukan dari rumah. Tidak ada kegiatan di sekolah.
"Kami mengapresiasi langkah cepat dan tepat pemkot meniadakan rencana sekolah tatap muka. Pandemi belum berhenti. Harus diantisipasi dan semua tetap waspada," kata Wakil Katua DPRD Surabaya Reni Astuti kepada TribunJatim.com, Senin (17/8/2020).
Walikota Surabaya saat ini menerbitkan Surat Edaran Nomor 800/7331/436.8.3/2020 agar seluruh pegawai di lingkungan sekolah dapat melaksanakan tugas kedinasan di rumah dan tidak mengadakan kegiatan di sekolah.
• Pelaku Tawuran di Suramadu Gondol Handpone dan Motor, 2 Korban Penusukan Kondisinya Membaik
• Sebanyak 11.268 Warga Binaan di Jatim Dapat Remisi Umum HUT RI Ke-75
• Masa Lalu Rizky Billar Dibocorkan Sahabat, Kejelasan Hubungan Lesty Kejora Terjawab, Parah Sih!
Surat ini berlaku untuk Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama baik negeri maupun swasta. Mulai Selasa (18/8/2020), tidak ada aktivitas di lingkungan sekolah Surabaya hingga pemberitahuan lebih jauh.
Reni menyebut bahwa Pemkot dalam hal ini Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengakomodasi fakta yang ada bahwa memang banyak guru yang terpapar. Tidak ditutup-tutupi. Faktanya jumlah guru yang terpapar virus Corona atau Covid-19 melonjak.
Disampaikan Reni, Wali Kota Risma mengkaui lonjakan jumlah guru yang terpapar virus Corona atau Covid-19 itu disampaikan saat bertemu Reni seusai upacara Hari Kemerdekaan di Balai Kota Senin pagi tadi.
Reni menyampaikan bahwa data yang dimiliki Pemkot lengkap dan terupdate. Siapa dan dimana warga yang terpapar virus Corona atau Covid-19 bisa cepat terdeteksi termasuk guru.
Reni menyarankan agar sekolah yang terdeteksi harus diisolasi selama 14 hari, tidak ada kegiatan apa pun. Semua guru bisa melakukan Work From Home (WFH). Piketnya bisa diatur untuk menjaga keamanan sekolah. Tetapi guru mengajar dari rumah.
Guru yang terpapar ditracing dan diswab. Kemudian setelah ada keputusan untuk kembali mengajar, guru masuk bergiliran dan jam kerja dapat dikurangi. Habis ngajar langsung pulang.
Sebelumnya, politisi perempuan lulusan ITS tersebut beberapa kali menerima laporan dari guru bahwa banyak rekan kerjanya yang meninggal dan terpaparvirus Corona atau Covid-19.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Reni beberapa hari lalu menemui pengurus PGRI Kota Surabaya untuk mendengarkan dan meminta masukan untuk melindungi kesehatan guru.
Reni berharap agar upaya ini dapat memutus mata rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19 di sekolah. Harapannya ketika kurva pandemi semakin menurun dan Surabaya dapat masuk ke zona kuning dimana sekolah sudah dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Sekolah sudah lebih siap.
“Sekolah sudah di-lockdown dan disterilisasi dengan penyemprotan disenfektan serta guru sudah menjalani tes swab utamanya yang hasil tracing," ucap Reni kepada TribunJatim.com. (Faiq/Tribunjatim.com)