Penguatan Toleransi Untuk Kalangan Sekolah SMP dan SMA di Sidoarjo Perlu Disuarakan
Manajer Program komunitas seni budaya Brangwetan, Moh Masrullah, workshop penguatan toleransi untuk kalangan sekolah SMP dan SMA di Sidoarjo
Penulis: M Taufik | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Persoalan toleransi masih perlu terus disuarakan untuk mendorong sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.
Demikian disampaikan Manajer Program komunitas seni budaya Brangwetan, Moh Masrullah, di sela acar workshop penguatan toleransi untuk kalangan sekolah SMP dan SMA di Sidoarjo, Selasa (25/8/2020).
Kegiatan ini merupakan rangkaian program panjang selama satu tahun setelah bulan Juli yang lalu mengadakan Forum Group Discussion (FGD). Sepanjang masa pandemi Covid-19 ini, acara dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom.
"Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat," lanjut dia kepada TribunJatim.com.
Dalam prakteknya, toleransi dapat berujud sikap untuk menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan.
Karena itu bersikap toleran sangat diperlukan di semua bidang, termasuk dalam dunia pendidikan.
• Wisata Gunung Bromo Bakal Mulai Dibuka 28 Agustus 2020, Protokol Kesehatan Bakal Diterapkan
• Aktivitas Pendakian Kembali Dibuka Seusai Kebakaran di Lereng Gunung Penanggungan
• Tak Sadar Terekam, Rizky Billar Termenung Dengar Lesty Belum Siap Nikah, Eks Rizki DA: Yakinkan Hati
Ada sejumlah narasumber dalam workshop ini. Termasuk Rubaidi, Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat LPPM UIN Sunan Ampel – Surabaya, yang memaparkan hasil penelitian penemuan praktis intoleransi di Indonesia; Amin Hasan, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, yang membawakan materi Penguatan Toleransi di Sekolah (Penguatan Ekosistem Sekolah – Level Kebijakan, Pembelajaran dan Ekstrakurikuler). Serta Henri Nurcahyo, Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan dengan materi Pendekatan Seni Budaya sebagai Media Toleransi.
Dalam workshop juga dibahas tentang peran sekolah dan lembaga pendidikan dalam menumbuhsuburkan sikap toleran di kalangan guru dan pelajar sehingga dapat menjadi penangkal hal-hal negatif yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
"Dengan memiliki sikap toleran yang bagus maka akan juga meningkatkan ketahanan budaya bangsa terhadap berbagai pengaruh negatif dari luar," lanjut Masrullah kepada TribunJatim.com.
Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan pemahaman yang komprehensif dan merata di semua lini, terutama para pihak yang terlibat dan bertanggungjawab di sekolah yaitu Kepala Sekolah, Guru dan Komite Sekolah.
Pemahaman tentang toleransi di pendidikan jenjang SMP atau SMA perlu dipahami secara bersama dan merata. Masukan dan saran guna mewujudkan pendidikan yang saling menghargai dengan pendekatan budaya dan seni menjadi alternatif untuk menciptakan murid yang mempunyai nilai toleransi yang tinggi.
Disebutnya bahwa tujuan dilakukannya workshop ini adalah meningkatkan kesadaran dan dukungan sekolah untuk program penguatan toleransi di institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk panduan mengajar para guru.
Juga untuk merumuskan kebutuhan peningkatan materi Toleransi di Sekolah (Jenjang SMP dan SMA), dan merumuskan bersama konten yang akan menjadi materi dalam kegiatan cinta budaya cinta tanah air di sekolah.(ufi/Tribunjatim.com)