Pilkada Kabupaten Malang
Faktor-faktor yang Membuat Pilkada Kabupaten Malang 2020 Diprediksi Bakal Berjalan Sengit
Pilkada Kabupaten Malang 2020 akan berjalan sengit. Begitu prediksi yang disampaikan oleh Peneliti LSI Denny JA, Dito Arief.
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Erwin Wicaksono
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pilkada Kabupaten Malang 2020 akan berjalan sengit.
Begitu prediksi yang disampaikan oleh Peneliti LSI Denny JA, Dito Arief.
Berbagai faktor turut mempengaruhi.
Satu di antaranya komposisi kultural masyarakat Kabupaten Malang.
Keberagaman antara religius dan nasionalis mengkiaskan latar belakang yang dimiliki kedua calon. Baik dari kubu Sanusi-Didik ( SanDi ) maupun Lathifah Shohib ( Ladub ).
"Pilkada akan lebih ketat dari Pilkada 2015. Dengan peta seperti ini," ucap Dito Arief ketika dikonfirmasi, Minggu (6/9/2020).
• Fitur Baru Aplikasi Jogo Malang, Dilengkapi Latihan Soal Uji Teori SIM, Aturan dan Rambu Lalu Lintas
• Meski Tak Segemuk Koalisi Petahana, PKB Percaya Diri Ladub Unggul di Pilkada Kabupaten Malang 2020
Karena mewakili segmentasi religius dan nasionalis, sehingga memperketat persaingan perebutan suara.
"Artinya ini menjadi peluang bagi kedua pasangan calon tersebut bisa meraih dukungan kemudian bisa diterima segementasi ini," papar Dito Arief.
Muhammad Sanusi secara rekam jejak merupakan politisi senior di Kabupaten Malang.
Mengawali karier politik sebagai anggota DPRD Kabupaten Malang pada tahun 1999, Sanusi menurut Dito telah memahami dinamika di Kabupaten Malang.
• Fredy Ardliyan Syah Tak Dapat Rekomendasi, Putra Mahkota Bupati Tuban Beri Instruksi Pendukung
• Tak Lolos Verifikasi Faktual di KPU, Calon Independen Pilwali Blitar 2020 Ajukan Sengketa ke Bawaslu
"Incumbent peluangnya juga masih tetap besar," terang Dito.
Dari kubu penantang, Lathifah Shohib adalah sosok yang patut diperhitungkan.
Punya faktor kesejarahan kuat di Nahdlatul Ulama (NU) jadi modal bagus bagi Lathifah Shohib.
"Bu Lathifah sebagai punya kekuatan kultural perempuan di Kabupaten Malang dan NU," terang Dito.
Menilik pada kondisi yang ada, potensi pertarungan head to head bisa saja terjadi. Andai saja calon independen tidak jadi ikut.
• Polisi Kerahkan 2 Truk Derek Evakuasi Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan Maut Bus Tentrem di Malang
• Sanusi-Didik Mampir Ponpes di Kepanjen Sebelum Daftar Pilkada Kabupaten Malang, Ada Sejarahnya
"Jika hanya ada 2 pasangan calon, ini memperbesar peluang calon menantang untuk bisa memenangkan Pilkada," tutur Dito.
Pengamat menyebut kondisi head to head bisa jadi tidak disenangi oleh kubu petahana.
"Petahana akan lebih senang jika jumlah pasangan calon lebih dari dua," ungkap Dito.
Editor: Dwi Prastika