Gelar Pameran 'Intrik', Himmarfi Stikosa-AWS Ingin Sampaikan Dampak Covid-19
11 anggota muda Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS)
Penulis: Akira Tandika | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sebanyak 109 karya dari 11 anggota muda Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) dipamerkan di Visma Gallery, Senin (7/9/2020).
Mengambil tema "Intrik" lantaran para anggota tersebut ingin menyampaikan sisi lain dari dampak pandemi virus Corona atau Covid-19 yang sesungguhnya.
Deva Ardi selaku ketua pelaksana mengaku, pameran ini merupakan buah dari pemikirannya bersama rekanan lain yang ingin mengulik dan menunjukkan sisi positif dan bermanfaat dari pandemi ini.
"Pada salah satu foto, ada yang membahas mengenai tumbuhnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah pandemi. Mereka yang mengalami PHK, mencari cara lain agar dapat bertahan hidup di tengah situasi yang tidak memungkinkan ini," terang Deva.
Selain itu, Deva juga ingin memperlihatkan bahwa virus Corona atau Covid-19 yang saat ini tengah menjadi perhatian, tak sekadar korban meninggal dunia atau terkonfirmasi positif. Justru, mahasiswa tahun kedua itu melihat adanya dampak positif di masyarakat.
• Maju Pilkada Surabaya, Eri Urus KTA PDI Perjuangan
• Hasil Lengkap UEFA Nations League 2020 - Menang Tipis, Italia dan Polandia Raih Kemenangan Perdana
• Lesty Kejora Mati Kutu Disebut Rizky Billar Piala Bergilir, Tabiat Gonta-ganti Pasangan Terbongkar
"Saat ini masyarakat menjadi lebih kreatif dan lebih ketat menjaga kesehatan sendiri serta orang terdekat," imbuhnya kepada TribunJatim.com.
"Intrik" merupakan pameran fotografi perdana yang digelar setelah pemerintah memberlakukan era tatanan baru.
Pameran yang akan digelar hingga Minggu (13/9/2020) ini menampilkan ragam bentuk perubahan sosial di masyarakat. Mulai dari sepinya stasiun kereta api, adaptasi seni musik dan teater, UMKM yang dirintis oleh para korban PHK, kondisi ekonomi dari kelas bawah hingga atas, sampai zona beserta kebaruannya.
“Fotografi sebagai alat yang mampu membekukan realitas sejarah peradaban manusia. Dan sebagai ruang kontemplasi untuk kita kembali merenungkan apa yang sudah kita perbuat terhadap alam semesta. Apakah selama ini kita sudah merawatnya dengan baik atau sebaliknya? Tanpa sadar kita sudah merampas hak-hak makhluk hidup di muka bumi ini,” ujar Muni Moon, selaku editor "Intrik" Virtual Photography Exhibition.
Untuk mempersiapkan pameran ini, Deva dan rekan-rekannya mengaku menghabiskan waktu selama dua bulan. Dalam waktu itu, peserta menyiapkan konsep foto masing-masing, juga menentukan tempat yang digunakan.
Secara pribadi, Deva yang juga menjadi peserta pameran merasakan beberapa kesulitan dalam mempersiapkan kebutuhan untuk acara ini. Salah satunya, saat dia harus memotret di keramaian.
"Ada rasa was-was waktu mengambil gambar. Tapi ya harus bisa menyiasati yaitu dengan mengambil gambar dari jarak jauh, memakai masker, dan tidak menyentuh sembarangan," tuturnya kepada TribunJatim.com.
Meski digelar secara offline, pameran fotografi "Intrik" juga disiarkan secara virtual. Ini menjadi opsi bagi pengunjung pameran yang masih takut untuk datang langsung ke lokasi.
"Namun, kami tidak menutup akses bagi mereka yang ingin datang dan melihat secara langsung pameran ini. Tentu kami telah memikirkan persiapan secara matang seperti mengharuskan pengunjung memakai masker, mengecek subu tubuh, dan memakai hand sanitizer. Serta, saat melihat-lihat hasil karya, mereka harus bisa menjaga jarak satu sama lain," tandasnya.(Akira T/Tribunjatim.com)