Radiasi Elektromagnetik Ponsel Berbahaya untuk Kesehatan? Dosen Unair: Tidak Perlu Khawatir
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, dr Shoim Hidayat MS jelaskan efek radiasi elektromagnetik ponsel untuk kesehatan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Smartphone atau ponsel pintar memang tidak pernah lepas dari aktivitas sehari-hari.
Radiasi elektromagnetik ponsel kerap dikhawatirkan berbahaya bagi penggunanya.
Beberapa penelitian bahkan mengungkapkan sejumlah risiko kesehatan yang patut diwaspadai pengguna ponsel pintar.
• Alyssa Daguise Disentil Tak Tahu Sendok, Maia Estianty Spontan Bela Calon Mantunya, Balas Singkat
• UPDATE Sebaran Virus Corona di 34 Provinsi Indonesia Selasa 15 September, Total Kasus Capai 225.030
Meski demikian, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, dr Shoim Hidayat MS menyampaikan, paparan radiasi elektromagnetik dari ponsel termasuk dalam golongan yang paling lemah.
“Smartphone, radar, dan televisi, termasuk ke dalam kelompok radio frekuensi. Artinya, energi atau daya rusak yang dihasilkan paling lemah,” ungkapnya.
Menurut Shoim, berdasarkan daya rusaknya, setidaknya gelombang elektromagnetik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
• Jumlah Kasus Positif Covid-19 Di Nganjuk Terus Bertambah, Operasi Yustisi Gencar Dilakukan
• Ratusan KTP Disita Lagi, Pelanggar Protokol Kesehatan Masih Banyak di Surabaya
Pertama, dari yang paling tinggi, yaitu Sinar Gamma dengan panjang gelombang sekitar 10-7 meter. Selanjutnya, Sinar X atau Rontgen dan Sinar Ultraviolet.
Selain itu, terdapat Sinar Tampak, Sinar Inframerah, dan Sinar Gelombang Mikro.
Sementara Sinar Radio Frekuensi berada pada tingkat paling rendah dengan panjang gelombang lebih dari 1 meter.
“Pada gelombang elektromagnetik, energi yang dihasilkan tergantung panjang gelombangnya. Sedangkan panjang gelombang ini bervariasi. Inilah kenapa daya rusak suatu gelombang elektromagnetik berbeda-beda,” terang Shoim.
Sementara itu, terkait sakit kepala yang kerap muncul akibat menggunakan gawai, Shoim mengungkapkan penyebabnya kemungkinan besar bukan radiasi elektromagnetik.
Tetapi, hal itu bisa terjadi karena sikap kerja yang kurang ergonomis.
Meski begitu, dosen yang akrab disapa Shoim itu mengungkapkan, beberapa radiasi elektromagnetik perlu diwaspadai.
Di antaranya adalah Sinar Rontgen dan Sinar Ultraviolet.
Dia memaparkan, Sinar X atau Rontgen berpotensi mengionkan molekul kimia dalam tubuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan mutasi gen yang selanjutnya memicu kanker.
“Ini bisa terjadi kalau paparannya dalam waktu lama, lebih dari 10 tahun. Walaupun kadarnya kecil,” jelas Shoim.
Di sisi lain, imbuh Shoim, Sinar Ultraviolet memiliki sejumlah resiko yang menimbulkan kerusakan akut pada mata.
“Menatap matahari terlalu lama atau menangkap sinar ultraviolet yang dihasilkan las listrik dapat meningkatkan resiko kerusakan pada mata,”paparnya.
Shoim menegaskan bahwa radiasi elektromagnetik yang dihasilkan ponsel tidak mengkhawatirkan. Menurutnya, jika muncul sakit kepala, lebih penting untuk memperbaiki sikap kerja agar lebih nyaman dan tidak membuat otot kaku.
“Gelombang ini (radiasi elektromagnetik dari ponsel, Red) lemah sekali kok. Tidak perlu khawatir,” pesannya.
Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Heftys Suud