Pilwali Kota Pasuruan
Gabungan NGO Tantang Bapaslon Pilwali Pasuruan Buka Riwayat Pendidikannya, Tujuannya ini
Gabungan Non Government Organization (NGO) di Pasuruan Raya menantang Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Walikota dan Wakil Walikota yang akan bertarung
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Gabungan Non Government Organization (NGO) di Pasuruan Raya menantang Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Walikota dan Wakil Walikota yang akan bertarung dalam gelanggang Pilwali Kota Pasuruan untuk membuka riwayat pendidikan masing - masing.
Tantangan itu disampaikan gabungan NGO saat rilis di Taman Kota Pasuruan,Rabu (16/9/2020) siang. Dalam kesempatan kali ini, NGO mendesak dua bapaslon untuk lebih terbuka dan memberikan pendidkikan politik yang baik.
Lujeng Sudarto, Ketua Lembaga Bantuan Hukum Pijakan Rakyat Nusantara (LBH Pijar) mengatakan, hari ini, teman - teman NGO melihat perkembangan Pilwali Kota Pasuruan yang mengarah kepada rivalitas yang tidak cukup sehat.
"Jangan sampai proses demokrasi ini tidak sehat, saya kira warga tidak perlu disuguhi hoax atau kabar kabar bohong," kata Lujeng Sudarto, saat memimpim rilis di Taman Kota Pasuruan.
Beberapa hari kemarin, kata Lujeng, sapaan akrabnya, viral di media sosial soal ijazah dari bapaslon yang dianggap tidak sah atau tidak memiliki ijazah. Nah, itu ramai di medsos, dan ia menilai atmosfer Pilwali tidak sehat sekarang.
• Tagih Klaim, Puluhan Nasabah Lurug Kantor Cabang AJB Bumi Putera di Lamongan
• Harga Tiket Masuk Wisata Pendakian Gunung Arjuno Welirang, Lengkap Ada Cara Registrasi Online, Cek!
• Paniknya Gisella Anastasia saat Isi Saldo ATM Tinggal Rp1 Juta, Bahagia Diajak Main Kuis: Begajulan
"Saya tantang dua bapaslon, baik dari Saifullah Yusuf - Adi Wibowo ataupun Raharto Teno Prasetyo - Moch Hasjim Asjari bisa membuka data dan riwayat pendidikan mereka masing - masing. Sekolah dimana bisa ditunjukkan," sambungnya.
Tujuannya, kata Lujeng, agar polemik yang tidak menyehatkan ini tidak berkepanjangan dan tidak menjadi fitnah. Ia menilai, masing-masing pihak melakukan pembuktian terbalik.
"Biar masyarakat ini tidak memilih kucing dalam karung. Masyarakat bisa memilih realitas dan fakta yang dimiliki masing-masing calon. Bukan hanya hasil pencitraan dan sebagainya," ungkapnya kepada TribunJatim.com.
Lujeng menilai, bapaslon perlu memanfaatkan ruang publik bisa media massa atau lainnya untuk menyampaikan fakta soal background pendidikan masing - masing calon, baik dari pasangan Gus Ipul - Mas Adi, atau Teno - Hasjim
"Kami tunggu secepatnya. Kami tantang mereka untuk membuka riwayat pendidikan mereka masing - masing sebelum mencalonkan diri dalam Pilwali Kota Pasuruan," jelas dia kepada TribunJatim.com.
Dikatakan dia, tantangan ini adalah sebagaian bentuk akuntabiilitas dan transparansi politik, jangan sampai masyarakat memilih kucing dalam karung yang tidak jelas itu kucing apa.
Terpisah, Totok dari aktivis Pasuruan Demokrasi Watch (PasDewa) mempertanyakan soal keaslian ijazah dari masing - masing calon walikota dan wakil walikota ini.
Jangan sampai, proses demokrasi yang menghabiskan anggaran besar ini, justru teranulir karena ijazahnya walikota dan wakil walikota terpilih tidak sah atau palsu.
"Ini yang perlu menjadi catatan. Jadi, saya kira perlu keterbukaan. Saya minta bapaslon berani membuka riwayat pendidikan mereka ke publik sebagai bentuk keterbukaan," papar dia kepada TribunJatim.com.
Ia juga meminta, bapaslon tidak perlu menunggu hasil verifikasi dari KPU atau Bawaslu. Bukan tidak percaya dengan hasil dari lembaga penyelenggara pemilu, tapi perlu ada keberaniaan para calon untuk mengakui dan menyampaikan ke publik.