Permintaan Ekspor Udang Vaname Asal Jatim Makin Tinggi Ditengah Pandemi Covid-19
udang vaname atau udang kaki putih menjadi primadona ekspor Jawa Timur dengan permintaan global yang masih sangat tinggi hingga saat ini.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Meski ditengah-tengah adanya pandemi virus Corona atau Covid-19, udang vaname atau udang kaki putih menjadi primadona ekspor Jawa Timur dengan permintaan global yang masih sangat tinggi hingga saat ini.
Kondisi itu dialami sendiri oleh satu diantara perusahaan eksportir udang terbesar di Jawa Timur, yakni PT Sumber Karunia Laut (SKL) .
Owner PT Sumber Karunia Laut (SKL), Agus Sutikno mengatakan bahwa kebijakan lockdown di banyak negara yang disebabkan oleh pandemi virus Corona atau Covid-19 justru membawa dampak positif bagi sektor komoditi udang di Jawa Timur.
“Naiknya permintaan udang vaname asal Indonesia, khususnya di Jatim salah satunya diakibatkan karena India sebagai eksportir udang nomor satu di dunia memberlakukan kebijakan lockdown yang mengakibatkan pasokan udang secara global menurun,” ungkap Agus kepada TribunJatim.com di Pergudangan Meiko Abadi milik PT SKL, Sabtu (26/9/2020).
Ketika ditanyai soal kapasitas produk udang vaname di PT. SKL sendiri dalam satu hari, Agus mengatakan bahwa total produk udang kupas di PT.SKL mencapai 5 ton dalam satu hari.
Lebih lanjut, Agus menambahkan bahwa bahan baku udang vaname dari PT.SKL
diperoleh dari beberapa kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur, seperti Tuban, Lamongan, Bondowoso, dan Banyuwangi.
Dikatakan pula oleh Agus, produk udang kupas dari PT.SKL memiliki pasar ekspor ke sejumlah negara dunia dengan pasar utama adalah Jepang, dan disusul oleh beberapa negara lain seperti Vietnam dan Taiwan.
Secara umum, Agus menjelaskan bahwa permintaan udang vaname secara global
sangat tinggi.
Kendati demikian, kata Agus, di Indonesia sendiri, termasuk Jawa Timur luas lahan tambak masih belum sebanding dengan jumlah industri.
Kondisi ini menjadi salah satu penghambat berkurangnya daya saing udang Indonesia dengan negara kompetitor yaitu India, hal ini
secara nyata bisa dilihat dari harga komoditi udang di India yang lebih murah USD 1-1,5 dibandingkan dengan udang asal Indonesia.
Melihat fenomena tersebut, Drajat Irawan selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya untuk mendukung komoditi udang sebagai salah satu unggulan ekspor Jawa Timur yang berdaya saing tinggi di tingkat global.
“Disperindag Prov. Jatim melalui FTA Center Surabaya siap memberikan pendampingan, konsultasi, maupun sosialisasi terkait regulasi ekspor,” tegas Drajat.
Selain itu beberapa kegiatan seperti business matching dengan negara lain gencar dilakukan oleh Disperindag Jatim untuk menemukan pasar-pasar baru.
“Untuk para pelaku usaha yang ingin menikmati fasilitas tarif preferensi maka perlu diperhatikan bahwa produk yang akan dieskpor harus memenuhi ketentuan asal barang yang dibuktikan dengan kepemilikan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA), misalnya untuk ekspor ke negara Amerika Serikat (AS) dapat menggunakan SKA Form A, Form IJEPA digunakan untuk negara Jepang dan form E untuk negara China,” pungkas Drajat.
Foto FFS: (ka-ki) Owner PT Sumber Karunia Laut (SKL), Agus Sutikno dan Kepala Disperindag Jatim, Drajat Irawan saat memantau langsung kondisi komoditas udang yang ada di Pergudangan Meiko Abadi milik PT SKL, beberapa hari yang lalu.