Hari Batik Nasional Jadi Kado Pilu Perajin di Tuban, Pariwisata Kota Besar Tutup: Omzet Terjun Bebas
Hari Batik Nasional 2020 jadi kado tak biasa buat pengusaha atau perajin di Tuban. Periwisata kota besar tutup imbas Covid-19. Omzet terjun bebas.
Penulis: M Sudarsono | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Hari Batik Nasional yang jatuh tepat Jumat (2/10/2020) menjadi kado berbeda di tahun ini bagi pengusaha atau perajin batik.
Pasalnya, kini para pengusaha batik di Kabupaten Tuban sedang merasakan dampak pandemi Covid-19 atau virus Corona.
Omset penjualan disebut jatuh tak terkendali atau bisa disebut terjun bebas.
• Dokter Syok Lihat Kondisi Janin Zaskia Sungkar, Sebut Harusnya Lebih Besar, Irwansyah: Masha Allah
• Bahas Tuntas Serangan Jantung Bareng Tim Lifepack, Harus Tahu: Penyebab hingga Gejala Umum
"Terpukul atas adanya pandemi Covid-19 ini, ini jadi kado hari batik yang tak terduga," kata pemilik rumah produksi Dodot Iro, Sri Widodo ditemui di rumahnya, Desa Margomulyo, Kecamatan Kerek, Jumat (2/10/2020).
Dia menjelaskan, bisnis batik lesu ini tentu karena adanya pembatasan di sektor pariwisata.
Sebab, batik yang diproduksi khusus tenun gedog miliknya mempunyai pasar khusus di Jakarta dan Bali.
• Liburan ke Bali, Nia Ramadhani Ditagih Pekerja soal Gaji, Istri Ardi Disebut Menawan atas Kekayaan
• Hasil Drawing Grup Liga Eropa - Celtic Tantang AC Milan, Tottenham Hotspur di Grup J
Adanya pembatasan atau pelarangan tempat wisata tentu tidak ada wisatawan yang datang, artinya tidak ada yang beli batik untuk oleh-oleh atau buah tangan.
"Ya kalau wisata ditutup tentu berdampak, ini pasar batik tenun gedog ada di Bali dan Jakarta, tapi wisata tutup atau masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)," terangnya.
Untuk mengantisipasi agar produksi batik tetap berlangsung, maka pria yang sudah 13 tahun berbisnis batik itu menangkap peluang Pilkada Bupati Tuban.
Kain batik ditawarkan kepada para calon, hingga akhirnya ada yang berminat untuk membeli dalam jumlah yang tidak sedikit.
Rupiah yang didapat dari calon kepala daerah yang membeli batik itu disebut cukup untuk menyambung roda perekonomian.
"Ya saya menawarkan kain batik kepada calon, ada yang mau membeli dalam jumlah banyak," pungkasnya.
Sekadar diketahui, di rumah produksi Dodot Iro untuk harga batik tenun gedog berkisar mulai Rp 300- Rp 2,5 juta, dengan ukuran 3 meter kali 85 cm. Sedangkan untuk batik biasa mulai Rp 150 ribu-1,5 juta, ukuran 2 meter kali 1,5 meter.
Penulis: Mochamad Sudarsono
Editor: Heftys Suud