Gara-gara Kajian Tsunami, Wisata Pantai di Tulungagung Jadi Sepi: Masyarakat Jadi Takut
Pariwisata pantai di Tulungagung terpengaruh dengan kajian Institut Teknologi Bandung (ITB), terkait potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Pariwisata pantai di Tulungagung terpengaruh dengan kajian Institut Teknologi Bandung (ITB), terkait potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa.
Isu yang bergulir di masyarakat ini membuat kunjungan wisatawan turun drastis.
Salah satu yang paling terpengaruh adalah Pantai Gemah di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung.
"Masyarakat sepertinya menjadi takut datang ke pantai setelah mendengar kajian itu," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Gemah, Imam Rojikin, Minggu (11/10/2020).
Lanjutnya, kajian itu juga berkembang menjadi isu yang menyesatkan.
Menurutnya, beredar kabar jika Pantai Gemah ditutup karena mengantisipasi bahaya tsunami.
Akibatnya pengunjung turun secara drastis sejak minggu lalu.
• Tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja, PMII Tulungagung Salawatan dan Tabur Bunga di Gedung DPRD
• Raih IPK 3,94, Putri Petani Ponorogo Jadi Lulusan Terbaik STAN 2020
"Pantai Gemah tetap beroperasi dengan protokol kesehatan Covid-19. Pantai ini juga sudah dilengkapi dengan jalur evakuasi saat datang bahaya tsunami," sambung Rojikin.
Rojikin mengungkapkan, hari Minggu (4/10/2020) lalu jumlah pengunjung 6000 orang lebih.
Padahal biasanya selama masa pandemi, kunjungan di hari Minggu mencapai minimal 10.000 orang.
Penurunan dratis terjadi pada Sabtu (10/10/2020) kemarin.
Jumlah pengunjung hanya sekitar 500 orang.
Padahal dalam kondisi normal sekurangnya ada 2000 wisatawan di hari Sabtu.
• Sudah Empat Kali Warga Sine Tulungagung Jadi Korban Isu Tsunami, Sampai Kosongkan Permukiman
• Pemkab Ponorogo Mulai Lelang 10 Paket Perbaikan Jalan, Sekda: Mulai Dikerjakan Awal November
Sedangkan hari ini, Minggu (11/10/2020) pengunjung kurang dari 2000 orang.
"Hari ini mencapai 2000 orang saja sepertinya susah. Sepi sekali, jauh dari hari-hari sebelumnya," keluh Rojikin.
Keluhan yang sama juga disampaikan pengelola usaha wisata di Pantai Sine, di Dusun Sine, Desa Kalibatur, Kecamatan kalidawir.
Menurut salah satu pemilik usaha kuliner, Sutaji (61), penurunan wisatawan mulai terjadi minggu lalu.
Ia mengungkapkan, warung makan miliknya hanya mendapatkan penghasilan Rp 150.000.
Padahal dalam kondisi normal, di hari Minggu bisa mendapatkan untung sekurangnya Rp 1.000.000.
Demikian juga penghasilan enam toilet umum miliknya juga turun drastis.
• Isu Tsunami Besar Bikin Ketakutan, Dusun Sine Tulungagung Kosong Ditinggal Kabur Penduduknya
• PKL di Kota Madiun Kini Boleh Buka Hingga Pukul 12 Malam, Dapat Kelonggaran Jam Operasional
Jika dalam kondisi normal, dari enam toilet ini bisa menghasilkan Rp 500.000, namun minggu kemarin hanya mendapat Rp 60.000.
"Penyampaian kajian soal tusnami itu menimbulkan ketakutan. Masyarakat jadi khawatir melakukan wisata pantai," ujar Sutaji.
Kajian soal tsunami juga menimbulkan kepanikan warga Dusun Sine, pada Rabu (7/10/2020) malam.
Mereka sebelumnya telah menerima informasi soal potensi tsunami besar di selatan Jawa dari media.
Pada Rabu malam itu, terjadi fenomena alam air laut surut diikuti dengan ikan yang terdampar di pantai.
Melihat itu warga ketakutan karena mengira akan terjadi tsunami.
Berbondong-bondong warga mengosongkan permukiman, menuju ke tempat evakuasi di daerah pengunungan.
Editor: Dwi Prastika