Tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja, PMII Tulungagung Salawatan dan Tabur Bunga di Gedung DPRD
Sekitar 150 anggora Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Tulungagung menggelar aksi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sekitar 150 anggora Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Tulungagung menggelar aksi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja, Jumat (9/10/2020).
Aksi dipusatkan di depan DPRD Tulungagung, Jalan RA Kartini alun-alun timur.
Aksi diisi dengan salawatan dan orasi mengecam para wakil rakyat yang dinilai tidak peka.
“Kami kecewa dengan DPR, karena bukannya fokus pada penyelesaian Covid-19, tapi malah membuat peraturan yang merugikan buruh dan rakyat,” ujar ketua PC PMII Tulungagung, M Afifudin.
Afifudin menilai, UU Omnibus Law Cipta Kerja lebih banyak merugikan dari pada memberi manfaat.
UU Omnibus Law Cipta Kerja dinilai tidak memihak kepada rakyat dan pengusaha kecil, tapi menguntungkan korporat dan kapitalisme.
• Sudah Empat Kali Warga Sine Tulungagung Jadi Korban Isu Tsunami, Sampai Kosongkan Permukiman
• Wastafel Batu Kali dan Batu Fosil Buatan UMKM Tulungagung Diminati Pasar Eropa
Selain itu ada ancaman kerusakan alam di balik UU Cipta Kerja.
“Undang-undang Cipta Kerja juga berpotensi merusak alam atas dasar investasi,” tegasnya.
Potensi kerusakan ini karena UU Cipta Kerja menghilangkan poin keberatan rakyat lewat gugatan PTUN, jika perusahaan atau pejabat menerbitkan izin lingkungan tanpa Amdal.
Mereka menilai, DPR dan pemerintah lebih memihak investor pelaku oligarki tanpa peduli kerusakan alam.
“Hal ini tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu mensejahterakan rakyat,” ujar Afifudin.
• Tak Ditemui Dewan, Mahasiswa Ponorogo Gelar Salat Jenazah di Depan Gedung DPRD: Hati Nurani Mati
• Wali Kota Malang Kecam Keras Aksi Demo Anarkis di Balai Kota: Bertentangan dengan Prinsip Dasar
• Demo Tolak UU Cipta Kerja di Surabaya Makin Ricuh, Massa Lempar Polisi dengan Bom Molotov
Aksi ditutup dengan menabur bunga di papan nama DPRD Tulungagung.
Aksi ini sebagai simbol matinya nurani para wakil rakyat, karena tidak mendengar aspirasi rakyat.
Massa kemudian membubarkan diri dengan tertib, dengan pengawalan polisi.
Editor: Dwi Prastika