Dipecat Gara-gara Pandemi Covid-19, Pria Lulusan SMA di Madiun Sukses Budidaya Cacing
Kehilangan pekerjaan di tengah pandemi Covid-19, tak membuatpria asal Madiun tak kehilangan semangat.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kehilangan pekerjaan di tengah pandemi Covid-19, tak membuat Varian Arsyagam Isbandi (27) tak kehilangan semangat.
Warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, ini berhasil membudidayakan cacing dengan omset jutaan rupiah per bulan.
Pria yang akrab disapa Rian ini awalnya kebingungan setelah diberhentikan sebagai sopir rental, sekitar tujuh bulan yang lalu. Selama empat tahun, ia bekerja sebagai sopir mobil rental premium, di Surabaya.
"Gara-gara pandemi, orderan sudah nggak kayak dulu, mobil dijual sama perusahaan," kata pria lulusan SMAN 2 Mejayan ini.
Baca juga: Dikira Tidur, Tukang Becak di Tuban Ternyata Meninggal di Atas Becaknya, Sempat Mengeluh Sakit
Baca juga: Siswa SMK Nikahi 2 Kekasihnya Sekaligus, Ibunda Syok sampai Pingsan, Istri Pertama Pasrah Dimadu
Ayah dua anak ini mengaku sempat menganggur selama kurang lebih tiga bulan, mulai Maret hingga Mei setelah dipecat.
Rian pun memutar otak, ia berpikir bagaimana cara agar dapur rumahnya tetap mengepul di tengah pandemi Covid-19.
Hingga akhirnya ia menemui kakaknya di Ponorogo yang memproduksi obat-obat herbal. Oleh kakaknya, Rian diajak ke tempat pembudidayaan cacing lumbricus rubilis yang merupakan bahan utama obat herbal.
Rian pun akhirnya tertarik untuk belajar membudidakan cacing. Selama tiga minggu, Rian belajar di Ponorogo, sembari mengumpulkan modal untuk membuka usaha budidaya cacing.
"Selama tiga minggu saya belajar cara budidaya cacing, sambil mengumpulkan mod dari tabungan saya, sebagian pinjam uang keluarga, dan sisanya jual motor," katanya.
Baca juga: Pengantin Nyeker Rela Becek-becekan Angkut Piring Kotor di Pernikahannya Sendiri, Sang Suami Kemana?
Pada Juli 2020, Rian memulai usaha budidaya cacing di lahan kosong di belakang rumahnya dengan modal Rp 35 juta.
Uang modal Rp 35 juta ia gunakan untuk membeli bibit cacing sebanyak dua kwintal, membeli oven cacing, membuat kolam cacing dan sisanya untuk membeli pakan.
"Saya bikin kolam berukuran 5 meter x 15 meter habis Rp 12 juta, beli bibit dua kwintal seharga Rp 15 juta, membeli oven Rp 7 juta, sisanya untuk pakan dua bulan," kata suami dari Alisa Nada ini.
Tiga bulan kemudian, pada September, Rian sudah memanen cacingnya. Setelah panen pertama, setiap dua minggu ia tinggal memanen cacingnya.
"Setiap dua minggu panen, satu kali panen 36 kilo, kalau sudah dioven jadi 6 kilo. Untuk kualitas cacing saya dihargai Rp 500 ribu, jadi sekali panen sekitar Rp 3 juta," katanya.
Rian menuturkan, setiap dua minggu sekali ia hanya menghabiskan Rp 35 ribu untuk pakan, membayar tukang Rp 100 ribu, dua gas ukuran tiga kilo. Jadi setiap minggu, ia menghabiskan uang operasional sekitar Rp 500 ribu setiap dua minggu.
"Untuk perawatannya juga gampang. Cukup disiram dengan air dan diberi pakan ampas tahu," jelasnya.
Selain itu, kata Rian, Cacing merupakan hewan yang tidak gampang sakit. Selain itu, cacing hewan yang bisa kawin dan bertelur sendiri.
Baca juga: Warung Penyedia Miras di Tuban Dirazia petugas, Ini yang Dilakukan Pemiliknya
"Musuhnya ya kalau ada ayam yang masuk ke kolam," katanya.
Rian menuturkan, untuk memasarakan atau menjual cacing yang sudah dikeringkan tidaklah sulit. Sebab, Rian sudah mendapatkan pembeli dari produsen jamu herbal yang beroperasi di Jawa Tengah.
“Kadang ada juga warga yang beli untuk obat sakit maag , tipus, melancarkan peredaran darah,” pungkasnya.
Ia menambahkan, saat ini kebutuhan pabrik jamu herbal terhadap cacing kering sebanyak tujuh ton. Padahal dari jumlah kebutuhan pasar tersebur, baru dapat terpenuhi sekitar dua ton saja.
Oleh sebab itu, Rian berencana untuk menggandeng dan memberdayakan warga di sekitar tempat tinggalnya untuk ikut membudidayakan cacing.
"Sudah ada tiga warga yang berminat untuk belajar budidaya cacing. Nanti kalau kira-kira kurang mampu, bisa saya fasilitasi bibit, nanti saya bantu jualkan," imbuhnya. (SURYA/Rahadian Bagus)
Editor: Pipin Tri Anjani