Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ogah Beli Sepeda Untuk Ikut Tren, Warga Tulungagung Ini Membuat Sepeda Dari Kayu

Suryanto warga Dusun Ngipik, Desa Bono, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur  ini membuat Satu sepeda dari bahan kayu jati

Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
david yohanes/surya
Suryanto (48) memamerkan sepeda kayu buatannya, sebelum berangkat gowes. 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Suryanto (48) mengelap sepeda miliknya, dan menyiapkan sejumlah bekal di kotak khusus yang ada di belakang sepeda.

Ayah dua anak ini kemudian siap gowes keliling Tulungagung dengan sepeda antiknya. Bukan sembarangan, sepeda milik Suryanto dibuat dari bahan kayu.

Semuanya didesaian dan diproduksi oleh Suryanto sendiri di rumahnya, Dusun Ngipik, Desa Bono, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur  ini membuat Satu sepeda dari bahan kayu jati, dan satu sepeda dari kayu sonokeling.

“Yang hitam itu dari sonokeling,” ucapnya sambil menunjuk sepeda kayu dengan warna hitam eksotis.

Suryanto berkisah, pembuatan sepeda kayu ini bermula dari tren sepeda yang sedang terjadi. Sejumlah teman meminta Suryanto membeli sepeda agar bisa ikut tren, dan bisa bersepeda bersama setiap hari libur. Namun saat itu Suryanto enggan membeli sepeda dengan alasan tidak punya uang.

“Kok disuruh beli, uang dari mana? Padahal sebenarnya tertarik mau beli, tapi ternyata harganya mahal semua,” ucap Suryanto berkelakar.

Tukang kayu ini kemudian berpikir untuk membuat sepeda dari bahan kayu jati. Seminggu penuh Suryanto membuat desain serta detail sepeda. Bahan baku yang dipakainya adalah limbah akar tunggak jati yang sudah sangat tua.

“Bahannya tidak sembarangan, saya sengaja memilih kayu-kayu tua yang terbukti tidak lapuk dimakan usia,” ungkapnya kepada TribunJatim.com.

Sepeda pertama ini dikerjalan mulai pertengahan Juli 2020. Total butuh 45 hari untuk mengeksekusi setiap bagian sepeda dan merangkainya.

Sepeda ini mempunyai roda depan sangat besar dengan jari-jari sekitar satu meter. Sedangkan roda belakang menggunakan peleg ukuran 20, dengan jeruji diganti papan kayu.

“Bagian yang paling susah adalah membuat roda depannya. Karena harus bulat sempurna,” tutur Suryanto kepada TribunJatim.com.

Untuk lapisan roda depan, Suryanto menggunakan karet setebel sekitar 5 sentimeter. Setelah dicoba dan disetel berulang kali, akhirnya sepeda kayu buatannya sukses melaju di jalanan. Sepeda itu diberi nama Spedok, kependekan dari sepeda dokar.

“Saya namakan sepeda dokar, karena konstruksi roda depannya persis punyanya dokar. Bulatan kayu dilapisi karet tebal untuk meredam geronjalan saat berjalan,” terangnya.

Sukses dengan sepeda pertama, Suryanto membuat sepeda ke-2. Kali ini bahannya kayo sonokeling bekas bandar atap rumah.

Kayu ini dikenal lebih keras dari jati dan warnanya juga hitam eksotis.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved