Virus Corona
PENTING Gejala Covid-19 Tahap Lanjut, Halusinasi Cium Bau Menyengat, Pasien: Kebanyakan Menjijikkan
Ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan ( THT) Profesor Nirmal Kumar menyebut gejala tersebut "sangat aneh dan sangat unik".
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Inilah informasi penting terkait gejala baru virus Corona atau Covid-19.
Pasien yang mengalami gejala baru Covid-19 ini saat memasuki tahap lanjut.
Apa saran dari ahli dan kesaksian pasien Covid-19?
Simak berita selengkapnya.

Melansir dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), gejala Covid-19 lebih lanjut muncul dari laporan para penderitanya, yaitu bau ikan menyengat, belerang, dan bau manis yang tidak enak.
Efek samping yang tidak biasa ini dikenal degan gejala parosmia, yaitu distorsi penciuman, dan mungkin memengaruhi kaum muda serta petugas kesehatan secara tidak proporsional.
Ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan ( THT) Profesor Nirmal Kumar menyebut gejala tersebut "sangat aneh dan sangat unik", seperti yang dilansir dari Sky News pada Minggu (27/12/2020).

Prof Kumar, yang juga presiden dari THT Inggris, termasuk di antara petugas medis pertama yang mengidentifikasi gejala anosmia pada penderita Covid-19.
Anosmia adalah hilangnya penciuman, sebagai indikator virus corona yang ditemukan pada Maret.
Dia mendesak Kesehatan Masyarakat Inggris untuk menambahkan anosmia ke daftar gejala Covid-19, beberapa bulan sebelum menjadi panduan resmi.
Dia sekarang mencatat bahwa di antara ribuan pasien yang dirawat karena anosmia jangka panjang di seluruh Inggris, beberapa mengalami parosmia.

Prof Kumar mengatakan kepada Sky News bahwa pasien mengalami halusinasi penciuman, yang berarti "indra penciuman terdistorsi, dan sayangnya, sebagian besar tidak menyenangkan".
Ia menambahkan bahwa hal itu "sangat mengganggu pasien dan kualitas hidup mereka sangat terpengaruh".
Covid-19 panjang adalah istilah untuk menggambarkan efek virus corona yang dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakit awal.
Mendeskripsikannya sebagai "virus neurotropik", Prof Kumar menjelaskan, "Virus ini memiliki keterkaitan dengan saraf di kepala dan khususnya, saraf yang mengontrol indra penciuman."