Dua Desa di Lamongan Juga Kebanjiran, Bukan dari Luapan Anak Sungai, Tapi Akibat Intensitas Hujan
Selain 38 desa di 6 kecamatan yang mengalami banjir akibat luapan anak sungai dan sungai Bengawan Solo, banjir juga terjadi di kecamatan lain.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Selain 38 desa di 6 kecamatan yang mengalami banjir akibat luapan anak sungai dan sungai Bengawan Solo, banjir juga terjadi di kecamatan lain di Lamongan.
Salah satunya adalah banjir yang terjadi di Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk.
Banjir di Desa Kesambi ini bukan karena luapan anak sungai, namun karena tingginya intensitas hujan selama beberapa hari terakhir yang menyebabkan genangan.
Sementara saluran air di desa itu juga sudah penuh akibat curah hujan yang cukup tinggi. Di desa ini, banjir tidak hanya merendam areal persawahan, tapi juga pemukiman warga.
"Hujan selama beberapa hari terakhir ini menyebabkan desa kami banjir," kata Kepala Desa Kesambi Najib pada wartawan, Sabtu (9/1/2021).
Baca juga: Antisipasi Banjir, Pemkot Surabaya Galakkan Sosialisasi Warga Agar Tak Buang Sampah Sembarangan
Baca juga: Pura-pura Jadi Pembeli, Maling Bermasker Curi HP Seharga Rp 3 Juta di Malang
Menurut Najib, banjir yang melanda desanya ini baru pertama kali terjadi. Sebelumnya belum pernah terjadi banjir, meski saat masuk musim penghujan.
"Kalaupun ada genangan air cepat surut. "Saat ini hampir seluruh desa terendam banjir. Sekarang ini beda," katanya.
Selain merendam pemukiman warga, banjir juga merendam 69 hektare sawah, 40 hektare di antaranya adalah tanaman padi.
Kedalaman air yang merendam areal persawahan cukup tinggi, antara 80 cm hingga 1 meter.
"Semua areal tanaman di sawah desa terendam dengan dengan ketinggian antara 80 cm - 1 meter total terendam, " katanya.
Dan jika dalam waktu lima hari tidak surut, dipastikan tanaman padi itu akan mati karena membusuk.
Banjir juga menggenangi jalan desa sepanjang 2 km dengan ketinggian air 10 cm hingga 60 cm sehingga air pun juga menggenangi rumah warga.
Baca juga: Bupati Malang Jelaskan Perbedaan PPKM dengan PSBB, Tidak Ada Penerapan Penyekatan di Check Point
Karena air cukup tinggi, warga kemudian menutup jalur jalan desa yang terendam agar tidak dilalui kendaraan.
Banjir di desanya ini juga merendam sejumlah fasilitas lembaga pendidikan diantaranya, gedung SMPN 1 Pucuk, 2 gedung Madrasah Ibtidaiyah dan 1 gedung Sekolah Dasar.
Namun untungnya saat ini masih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terganggu.