Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
'Salat Terakhir Bersama Ayah, Lambaian Adik', Tangis Pria Keluarganya Ada di SJ 182: Mau Kemana Dulu
"Dalam pesawat itu ada bapak, ibu, adik, keponakan saya dua orang, nah itu jadwalnya hari Sabtu digeser ke 13:30 WIB," tutur Irfan.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Satu lagi cerita haru di balik tragedi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh pada Sabtu (9/1/2021).
Keluarga penumpang Sriwijaya Air SJ 182, Irfansyah berbagai cerita tentang momen terakhir.
Yakni soal lambaian tangan adik hingga salat terakhir bersama ayah.

Ya, adik dan orang tua serta keponakan Irfansyah menjadi penumpang di pesawat rute Jakarta-Pontianak itu.
Dilansir TribunJatim.com dari TribunJakarta, Irfansyah mengingat momen saat sang adik, Ratih Windania melambaikan tangan ucap perpisahan terakhir di Bandara Soekarno-Hatta.
Sambil menangis, Irfan mengaku akan melakukan apapun demi membuat orangtua dan adiknya selamat dari musibah tersebut.
Baca juga: Postingan Terakhir Ocky Pramugara Sriwijaya Air SJ 182 Bak Firasat? Bukan Foto Sendiri, Yaudah Ayo
Video Ratih Windania viral beberapa saat setelah kabar kecelakaan pesawat Sriwijaya SJ-182 sekira pukul 14:40 WIB.
Belum hilang di instastory Instagramnya, Ratih memperlihatkan momen perpisahan bersama keluarga besarnya.
"Dadah kita pulang dulu ya," begitu kiranya ucapan Ratih di video tersebut.
Irfan mengaku mengantar Ratih dan orangtuanya ke Bandara untuk kembali ke Pontianak.

Dikatakan Irfan, seharusnya orangtuanya terbang pukul 07:00 WIB pagi hari Sabtu.
"Tapi karena ada peralihan. Jadi kita itu jalan dari Bandung Jumat, sampai Jakarta malam, berharap paginya terbang," ucapnya dikutip TribunJakarta.com dilansir dari YouTube Beepdo.com, Senin (11/1/2021).
Namun, Irfan mengaku jadwal penerbangan orangtua dan adiknya dipindahkan pukul 13:00 WIB.
"Dalam pesawat itu ada bapak, ibu, adik, keponakan saya dua orang, nah itu jadwalnya hari Sabtu digeser ke 13:30 WIB," tutur Irfan.
Irfan membantu mengurus semua persiapan orangtua dan adiknya pulang ke Pontianak.
Mulai dari mengantar ke bandara, cek in, sampai urusan bagasi.
"Sudah selesai, orangtua saya tinggal masuk ke dalam," ucap Irfan.
Baca juga: Kilat Besar Kata 3 Nelayan saat Sriwijaya Air Jatuh, Janggal: Tak Ada Suara Mesin, Ombak Meninggi
Setelah orangtua dan adik naik pesawat, Irfan mendapat kabar duka pada pukul 16:00 WIB.
Seketika, Irfan langsung pergi ke bandara Soekarno-Hatta.
"Di sini udah ada tulisan dan udah dipastikan pesawat jatuh," ucap Irfan.
Irfan mengaku yakin orangtua dan adiknya menaiki pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Karena memang saya yang nganter sendiri, saya yang cek in, saya sudah pastikan ada orangtua di dalam,"
"Pas saya lihat manifest ada semua," tutur Irfan, dikutip TribunJatim.com, Senin (11/1/2021).
Baca juga: Update Terbaru, Potongan Tubuh Kembali Ditemukan di Lokasi Jatuhnya Sriwijaya, Dibungkus 3 Kantong
Tak ada firasat Irfan akan ditinggalkan orangtua dan adik serta keponakannya.
Hanya saja, Irfan mengingat permintaan sang ayah untuk salat jamak.
"Ayah saya itu gak pernah mau jamak salat gabungin gitu. Tiba-tiba hari itu dia nanya saya 'bapak boleh gak jamak antara zhuhur dan ashar',"
"Nah saya bilang 'boleh pak, kan bapak gatau nyampe jam berapa dan mau kemana dulu' itu jawaban saya," ucap Irfan.
"Qodarullah dia udah salat jamak dan dapat kabar pesawat jatuh," cerita Irfan dengan suara terbata.
Baca juga: YouTuber Faisal Rahman Korban Sriwijaya Air, Tata Liem: Tak Bisa Lagi Dihubungi, Foto Terakhir Viral
Air mata Irfan tak bisa dibendung lagi kala mengingat nasib keluarganya.
Irfan mengaku merupakan dua bersaudara.
"Bapak ibu adik saya, saya dua bersaudara, udah gak ada siapa-siapa lagi," tutur Irfan seraya ditenangkan rekannya.
Irfan menyebut adiknya, Ratih sedang hamil 5 bulan.
Suami Ratih sudah menunggu di bandara di Pontianak saat itu.
"Adik saya lagi hamil 5 bulan, suaminya nunggu di Pontianak. Semua ada di pesawat itu, saya sekarang tinggal pasrah, serahkan semua sama Allah," kata Irfan.

Irfan mengenang momen bahagia semua orangtua, adik, dan keponakannya pulang ke Pontianak dengan menaiki Sriwijaya Air SJ-182.
Bersama keluarganya, Irfan mengaku baru saja pulang liburan.
"Kami jalan-jalan, makan, seneng-seneng, sekarang baru kerasa,"
"Nyampe rumah kosong, ga ada siapa-siapa sepi. Bener-bener gak bisa digambarin lagi," tutur Irfan menangis.
Irfan mengaku ikhlas menerima musibah yang terjadi di keluarganya.
Baca juga: Bukan Ajalku Cerita Pramugari yang Terhindar dari Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air, Rute Dipindah
Jika ada hal yang membuat keluarganya kembali, Irfan mengaku akan melakukannya.
"Kalau ada sesuatu yang bisa saya lakukan buat bikin mereka kembali, saya lakukan, tapi gak mungkin ini sudah takdir Allah," kata Irfan.
Irfan lantas mengingat lambaian tangan terakhir Ratih Windania di Bandara."Dia dadah, pulang dulu ya. Itu saja," ucap Irfan menangis.
Irfan bahkan memeragakan lambaian tangan Ratih sesaat sebelum berjalan masuk ke pesawat Sriwijaya Air.
Mendengar cerita pilu Irfan, terdengar pewarta menyampaikan bela sungkawanya.
"Astagfirullah, turut berduka mas," ucap pewarta.
16 Kantong Jenazah dan 3 Properti Sudah Berada di RS Polri
Pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus berlanjut hingga hari ketiga Senin (11/1/2021).
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan RS Polri Kramat Jati telah menerima 16 kantong jenazah dan 3 properti diduga berkaitan dengan musibah pesawat tersebut, pada Senin pukul 09.00 WIB.
Kabid DVI Pusdokkes Polri Kombes Pol Ahmad Fauzi saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, belum melihat isi kantong-kantong tersebut.
"Ah nanti. Kami kan belum sempat melihat. Kan baru datang, kami belum buka," kata Fauzi, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan, Tim DVI juga sudah mengumpulkan 40 sampel DNA.
Sebagai rinciannya yakni 14 sampel dari RS Polri, 24 sampel dari Pontianak, 1 sampel dari Jawa Timur, dan 1 sampel dari Sulawesi Selatan.
Ia menambahkan, Tim DVI akan melakukan identitas terhadap kantong-kantong jenazah dan hal lain yang berkaitan dengan pesawat tersebut.
Baca juga: Allah Masih Sayang Aku Kisah Wanita yang Gagal Naik Pesawat Sriwijaya Air: Tes Swabnya Gak Berlaku
Adapun kegiatan identifikasi melibatkan 306 personel gabungan dalam tim DVI.
"306 personel, semua terlibat. Ada kedokteran Polri, kedokteran TNI, dan juga dari Ikatan Dokter Ahli Forensik, kami ikutkan dalam tim untuk melakukan identifikasi tersebut," jelas Rusdi.
Perlu diketahui, RS Polri melaksanakan pengumpulan data ante mortem yang dilakukan oleh Tim DVI.
Data ante mortem terdiri dari data umum seperti nama, umur, berat badan, tinggi badan, dan aksesoris korban yang didaftarkan oleh keluarga korban.
Tak hanya itu, data medis sebelum meninggal dunia antara lain warna kulit, warna dan jenis rambut, golongan darah maupun tanda spesifik sebelum meninggal.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Antar ke Bandara, Kakak Menangis Ingat Lambaian Tangan Ratih Sebelum Naik Sriwijaya Air SJ-182 dan Kompas.com dengan judul 16 Kantong Jenazah dan 3 Properti Sudah Berada di RS Polri.