Isakan Anak Kecil di Reruntuhan Rumah akibat Gempa Majene, Boneka di Sampingnya: Masih Bernapas Dek?
Saat ditanya oleh warga dia mengaku tidak sendiri terjebak. "Masih bernapas ji dek, disamping ta," kata warga.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Isakan anak kecil di tengah reruntuhan akibat gempa Majene membuat pilu.
Anak kecil itu bernama Angel dan mengaku tak sendirian di rumahnya.
Video Angel pun viral di media sosial.

Dilansir TribunJatim.com dari Warta Kota, Angel ditemukan warga tampak muncul di jendela rumahnya sambil menangis.
Ia adalah warga Jalan KS Tubun, Kelurahan Rimuku, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat.
Dalam video, terlihat kepala Angel saja terlihat akibat runtuhan bangunan.
Tampak sebuah boneka di sampingnya.
Baca juga: Ada Gempa! Jerit Lantang Warga Lari Keluar Rumah, Gempa Majene Hancurkan Kantor Gubernur: 7 Detik
Saat ditanya oleh warga dia mengaku tidak sendiri terjebak.
"Masih bernapas ji dek, di samping ta," kata warga.
"Iya masih bergerak ji tadi, masih adaji suaranya. Tapi susahmi," kata Angel menjawab, dikutip dari TribunTimur ( grup TribunJatim.com ).
Warga mengatakan sudah empat yang ditemukan terjebak dalam bangunan tersebut namun belum dapat dievakuasi.
"Ada juga yang terjebak kakinya. Tapi susah diangkat karena tidak ada alat berat," demikian laporan warga.

Rumah Sakit Ambruk, Pasien Tertindih Reruntuhan
Enam pasien dan keluarganya dilaporkan terjebak dalam reruntuhan RS Mitra Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) yang ambruk akibat gempa.
Seorang pasien yang terjebak terdengar meringis kesakitan namun warga sulit untuk mengevakuasi lantaran material dan rangka gedung yang menindih badan mereka sulit untuk disingkirkan.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021) sekitar 01.28 WIB.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (IBMKG) menyatakan, pusat gempa berada di 6 kilometer timur laut Majene.
Pusat gempa berkedalaman 10 kilometer.
Menurut BMKG, gempa ini tidak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Baca juga: Gempa Magnitudo 6,2 Mengguncang Majene Sulawesi Barat, Warga Panik Berlari ke Gunung Takut Tsunami
Gempa itu berdampak kepada RS Mitra Manakkara.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mendirikan tenda darurat bagi pasien di halaman Rumah Sakit Mitra Manakarra.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Mamuju Ali Rachman mengatakan, pendirian tenda darurat itu dilakukan atas permintaan pihak RS Manakkarra karena pasien di lantai 2 dan 3 masih trauma dan takut ada gempa susulan.
"Pihak rumah sakit meminta agar didirikan tenda sementara untuk merawat pasien dari lantai dua dan lantai tiga. Gempa tersebut membuat para pasien panik sehingga mereka keluar ke halaman rumah sakit untuk menyelamatkan diri," kata Ali Rachman, dikutip dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ).
Baca juga: Ketua DPD RI, LaNyalla Sampaikan Keprihatinan Atas Musibah Gempa Bumi di Sulawesi Barat
Selain para pasien RS Mitra Manakarra, kepanikan juga dialami para pasien RSUD Regional Provinsi Sulawesi Barat.
Para pasien dan keluarga pasien juga berhamburan ke luar ruang perawatan karena khawatir terjadinya gempa susulan.
"Iya, pasien di RSUD Regional Sulbar juga sempat panik dan ke luar ruangan," ujar Ali Rachman.
Sementara, dari pantauan di halaman RS Mitra Manakarra pada Kamis sore hingga petang, sejumlah pasien dan keluarganya terlihat masih tidak bersedia masuk ke ruang perawatan karena khawatir akan terjadi gempa susulan.
Para petugas dari BPBD Kabupaten Mamuju dibantu beberapa petugas dari rumah sakit, juga terlihat sedang membangun tenda darurat untuk perawatan sementara para pasien yang mengungsi di halaman RS Mitra Manakarra.
"Kami akan tetap bertahan di sini karena masih was-wasa terjadi gempa susulan. Kami akan tetap di sini sampai betul-betul kami anggap aman," kata Kamaruddin (52), salah seorang pasien yang sebelumnya dirawat di kamar 209 lantai 2, RS Mitra Manakarra.

Saat terjadinya gempa, ia mengaku nyaris tertimpa plafon kamar rumah sakit tempatnya dirawat.
"Plafon kamar rumah sakit sempat ambruk dan nyaris menimpa saya. Untungnya, ada keluarga pasien di sebelah saya yang menahan plafon itu sehingga saya berhasil selamat," tuturnya.
"Kami kemudian menyelamatkan diri dan lari ke halaman rumah sakit. Saya tidak lagi merasakan sakit yang penting bisa menyelamatkan diri dari runtuhnya plafon," terang Kamaruddin yang mengaku sudah dirawat di rumah sakit itu selama tiga hari akibat penyakit prostat.
Baca juga: Begini Cara Dapatkan Stimulus Listrik Covid-19, Lewat Aplikasi PLN Mobile Lebih Mudah
Salah seorang keluarga pasien, Nurmiati mengaku sangat shock.
"Kami sangat ketakutan sebab guncangan gempa sangat terasa. beberapa bangunan terlihat retak sehingga kami masih takut masuk ke dalam ruang perawatan," ujar Nurmiati.
Sejumlah perawat RS Mitra Manakarra mengatakan, belum bisa memastikan sampai kapan para pasien tersebut akan dikembalikan ke ruang perawatan.
"Mereka (pasien) tidak mau masuk ke ruang perawatan dan meminta dirawat di sini saja. Jadi, kami tidak bisa juga memaksa sebab bisa berdampak pada psikologi para pasien sehingga kami meminta BPBD untuk mendirikan tenda. Ada beberapa dinding tembok rumah sakit yang retak. Kami belum bisa memastikan kerusakan sebab saat ini masih sibuk menangani pasien," kata salah seorang perawat Rumah Sakit Mitra Manakarra.