Firasat Politisi Sufi Gus Dur Saat Menggandeng Kiai Asal Jember
kisah ini diangkat menjelang Haul Gus Dur pada tanggal 30 Desember, Ia ingin membagi sedikit cerita tentang sosok Gus Dur dan ketajaman firasat beliau
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berikut adalah sepenggal kisah Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid, mantan Presiden Indonesia saat mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menggandeng sejumah kiai ternama di Nusantara terutama di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa.
Kisah ini diceritakan oleh Ahmad Gholban Aunirrahman putra dari KH Nadhir Muhammad, asal Jember yang sekaligus Cucu dari KH Muhammad Shiddiq (Mbah Shiddiq).
Menurut Ahmad Gholban Aunirrahman, kisah ini diangkat menjelang Haul Gus Dur pada tanggal 30 Desember, Ia ingin membagi sedikit cerita tentang sosok Gus Dur dan ketajaman firasat beliau dalam politik, dengan harapan kita semua mendapat keberkahan dari beliau KH Abdurrahman Wahid.
Sebagaimana sabda Nabi :
اتقوا فراسة المؤمن
"Takutlah kamu tentang firasat seorang mukmin".
Semua bermula ketika masa reformasi, muncullah partai PKB. Almarhum ayahanda (KH Nadhir Muhammad) yang masa orde baru aktif di PPP dan di DPR RI, ketika itu saya masih kecil.
Namun masih kuat di ingatan bagaimana bapak Mathori Abdul Jalil datang ke rumah dan meminta ayahanda untuk bersama sama masuk PKB. Maka, ayahanda pun pergi menemui Gus Dur menyampaikan ajakan bapak Mathori Abdul Jalil. Namun, di luar dugaan, Gus Dur malah berucap.
"Cak, sampean tetap di PPP saja, biar Cak Yus (KH Yusuf Muhammad/yang juga adik dari KH Nadhir Muhammad) yang di PKB".
Karena memang ayahanda sangat mencintai Gus Dur, maka beliau terima permintaan itu. Dan akhirnya, saat itu, kakak adik,sama-sama ada di DPR RI, ayah ( KH Nadhir Muhammad) di PPP dan paman di PKB.
Hingga tiba saatnya pemilihan presiden, firasat Gus Dur tersebut menemukan hikmahnya. Awalnya muncul 3 calon presiden, Gus Dur dari PKB, Megawati dari PDIP dan Yusril Ihza Mahendra dari PBB.
Semua memiliki kesimpulan kalau ini terjadi maka Megawati dipastikan menang karena terpecahnya suara partai Islam. Sehingga, ayahanda yang kebetulan saat itu menjadi salah satu ketua PPP, bersama yang lain melobi Yusril Ihza Mahendra untuk sudi mengurungkan niatnya menjadi calon Presiden.
"Alhamdulillah Yusril menyetujui. Salah satunya karena Yusril melihat bahwa ayahanda mewakili PPP yang di dalamnya terdapat banyak Ormas Islam dan itu lebih dekat secara psikologi dengan PBB dibanding bila yang melobi dari PKB yang jelas ada sekat tajam dengan PBB secara psikologi. Sehingga dengan itu terpilihlah Gus Dur sebagai Presiden RI dalam sidang MPR RI,".
Di sinilah terjawab, kenapa Gus Dur meminta ayahanda ( KH Nadhir Muhammad) tetap di PPP dengan jabatan salah satu ketua DPP PPP, Gus Dur melihat keberadaan ayahanda di PPP lebih bermanfaat untuk NU saat itu. Dan itu akan berbeda bila ayahanda masuk PKB saat itu.
Dan ketika tahun 2004, tahun di mana wafatnya pamanda Gus Yus (KH Yusuf Muhammad), Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid meminta ayahanda untuk masuk ke dewan Syuro DPP PKB.
Ucapan Gus Dur ketika itu "Cak, sampean masuk ke Dewan Syuro PKB saja, mewakili Bani Shiddiq". Maka, karena kecintaan ayahanda kepada Gus Dur, ayahanda pun masuk ke dewan syuro PKB.