Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Virus Corona di Lumajang

Cerita Cahyo Tim Pemulasaran Pasien Covid-19 Lumajang, Mengelus Dada: Pernah Sehari 11 Jenazah

Cerita Dwi Nur Cahyo, salah satu anggota tim regu pemulasaran jenazah pasien Covid-19 di Lumajang. Setiap hari ada yang meninggal: menyelus dada.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Hefty Suud
SURYA/TONY HERMAWAN
Proses pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Lumajang. 

Apalagi ketika mengingat bahwa jenazah Covid-19 harus segera dikebumikan. Paling tidak jenazah harus segera sampai di TPU 4 jam usai meninggal.

Tak jarang, petugas pemulasaran itu harus menguburkan jenazah Covid-19 saat tengah malam karena dikejar waktu.

Tak cukup di situ pengalaman kurang mengenakan juga pernah dialami Cahyo dan teman-teman.

Dikisahkan Cahyo, waktu itu ada jenazah Covid-19 yang keluarga sudah sepakat dimakamkan dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Namun sesampainya di tempat pemakaman, ada pihak keluarga lain yang menolak keras petugas dan menyuruh pergi.

Saat-saat seperti itulah, tim tidak hanya punya tanggung jawab menguburkan jenazah tapi juga harus pelan-pelan memberikan pengertian. 

"Ya kita ikhlas karena memang itu sudah tanggung jawab kami yang harus diselesaikan. Kalau gak kami yang turun terus siapa lagi? masyarakat yang ke pemakaman gak pakai APD kan tambah bahaya. Ya sudah itu aja pikiran saya dan teman-teman," ujarnya.

Diceritakan Cahyo, awal mula mengurus jenazah Covid-19 sempat merasa ragu. Jujur dikatakannya, keluarga sempat melarang. Rata-rata alasannya takut tertular.

Namun makin hari, melihat pekerjaan mereka yang begitu penting, para keluarga petugas pemulasaran jenazah Covid-19 ini akhirnya luluh.

Keluarga memaklumi ini adalah pekerjaan yang sangat mulia. Terlebih, setiap akan berangkat dan pulang memulasarkan jenazah petugas selalu menerapkan protokol ketat. 

Paling-paling, katanya, usai mengubur jenazah Covid-19 cucian pakaian di rumah semakin banyak.

"Kan kalau pulang itu, baju dan celana kami ganti ya. Jadi pakaian yang dipakai pas berangkat keluar rumah gak sama dengan waktu pulang. Itu paling yang punya istri itu ngomelnya tiap hari cucian makin numpuk," katanya sambil tertawa.

Sebagai petugas pemulasaran, ia tak bisa berbuat banyak untuk bisa segera memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Ia hanya bisa berpesan agar masyarakat selalu patuhi protokol kesehatan. Baginya, setelah menyaksikan begitu banyak kematian, ia yakin bawah benar virus itu ada.

"Saya itu lihat membuktikan sendiri kalau virus itu benar-benar ada. Kuncinya cuma satu patuhi protokol kesehatan. Itu filter kita biar bisa bentengi badan dari virus," tutupnya.

Petugas saat melakukan pemulasaran jenazah Covid-19 di Lumajang.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved