Dua Srikandi Asal Jawa Timur Kepercayaan Gus Ami Pimpin PKB di Provinsi Lain, Siapa Mereka?
Dua srikandi asal Jawa Timur yang merupakan kepercayaan Gus Ami memimpin PKB di provinsi lain, siapa saja mereka?
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Dwi Prastika
Reporter: Bobby Constantine Koloway | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sejumlah politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) asal Jawa Timur memimpin Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di sejumlah provinsi.
Hal ini menjadi hasil Musyawarah Wilayah (Muswil) PKB yang berlangsung di dua gelombang terakhir, akhir pekan lalu.
Beberapa di antaranya adalah Nihayatul Wafiroh yang menjadi Ketua DPW PKB Gorontalo dan Anggia Ermarini yang terpilih menjadi Ketua DPW Sumatera Barat.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Bendahara DPW PKB Jawa Timur, Fauzan Fuadi membenarkan.
"Seperti halnya pemilihan Ketua DPW PKB Jawa Timur, figur Ketua DPW terpilih merupakan harmonisasi antara keinginan kader di akar rumput dengan keputusan DPP," kata Fauzan saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (21/1/2021).
Fauzan menilai, masing-masing figur memiliki kapabilitas dalam membesarkan partai.
Baca juga: PKB Targetkan Kemenangan di Pilgub Jatim 2024, Pengamat Sebut 3 Alternatif Calon
Baca juga: Sosok Gatot Sudjito Anggota Fraksi Golkar DPR RI yang Meninggal, Ini Riwayat Pendidikan-Pekerjaannya
"Apa yang sudah dilakukan di Jawa Timur, bisa juga diadopsi di provinsi lain," kata Fauzan yang juga Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Timur ini.
Memang, kedua figur tersebut berpengalaman di kontestasi politik. Nihayatul merupakan Anggota DPR RI dari dapil Jatim 3 (Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo) dan Anggia juga anggota DPR RI dari dapil Jatim 6 (Tulungagung, Kabupaten dan Kota Blitar, Kabupaten dan Kota Kediri).
Nihayatul yang juga cucu KH Mukhtar Syafaat, pendiri Ponpes Darussalam Blokagung, Banyuwangi, ini saat ini juga menjabat Wakil Ketua Komisi IX DPR RI. Sedangkan Anggia selain menjadi Anggota DPR RI juga merupakan Ketua Umum PP Fatayat Nahdlatul Ulama (NU).
Selain figur ketokohan, keterpilihan kedua figur ini diyakini juga untuk mempermudah koordinasi dengan DPP. Sebab, keduanya masuk dalam struktur DPP.
Baca juga: PKB Jatim Target 30 Kursi DPRD Provinsi di Pemilu 2024, Begini Strateginya
Baca juga: Menang Banyak di Pilkada Serentak 2020, Partai Demokrat Ancang-ancang Target Selanjutnya
Nihayatul menjadi Ketua Bidang Kesehatan dan Perlindungan Anak dan Difabel DPP PKB. Sedangkan Anggia merupakan Wakil Sekretaris Jenderal.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa), Ahmad Zainul Hamdi melihat ada strategi lain yang disiapkan PKB.
Pertama, menjaga kondusivitas internal PKB.
"Potensi polemik di internal partai, biasa terjadi di partai politik manapun. Untuk menjaga kondusivitas, hal ini bisa diantisipasi dengan menempatkan beberapa orang kepercayaan di daerah," katanya.
Kedua, PKB ingin memperbanyak basis suara di luar Jawa.
"PKB besar sekali di Jawa, terutama di Jawa Timur. Maka, mungkin dengan mengangkat orang dari Jatim memudahkan untuk mereplikasi kebesaran PKB di Jatim ke daerah lain," katanya.
Baca juga: Partai Nasdem Jawa Timur Usulkan Pilkada 2022 dan 2023 Tetap Dilaksanakan
Baca juga: Yakin Tak Ganggu Kinerja Halim Iskandar Sebagai Menteri, Ini Strategi PKB Maksimalkan Kerja Partai
Pada pemilu 2019, PKB memperoleh 58 kursi dengan perolehan suara mencapai 9,69 persen. Sekalipun demikian, sebanyak 19 kursi (32 persen) di antaranya berasal dari Jawa Timur.
Ketiga, selain menghadapi pemilihan legislatif, hal ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kesungguhan PKB dalam persiapan menghadapi pemilihan presiden. Khususnya, target mengusung Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Gus Ami) sebagai Calon Presiden.
Apalagi, di forum Muswil, mayoritas DPW di Indonesia mengungkapkan nama Gus Ami sebagai Calon Presiden. Termasuk, harapan dari DPW PKB Jatim.
"Selain itu, Gus Ami menginginkan dukungan dari partainya bulat, tanpa gejolak. Kalau masih ada gejolak, tentu dukungan dalam maju pilpres akan terganggu sehingga kurang menguntungkan dalam hal bargaining dengan partai lain," katanya.
Namun, strategi ini bukan tanpa risiko. Penunjukan pimpinan partai di daerah dengan tanpa mengakomodir kader daerah mengakibatkan regenerasi kader partai terganggu.
"Sehatnya sebuah parpol dalam jangka panjang bisa dilakukan dengan memilih orang lokal yang memiliki basis kuat sebagai pimpinan daerah. Menurut kami, ini jauh lebih sehat untuk waktu jangka panjang," katanya.
Apalagi, selain soal Jawasentris, PKB juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperluas dukungan di luar dari basis pemilih loyalnya selama ini, Nahdlatul Ulama.
"Selama ini, imej yang diperlihatkan PKB adalah kalau bicara PKB ya NU, kalau membahas NU ya PKB," katanya.
"Jumlah masyarakat NU memang cukup besar di Indonesia. Namun yang perlu diingat, dengan jumlah yang besar NU juga memiliki daya tarik bagi partai lain. Hal ini pula yang seharusnya diwaspadai PKB," katanya.