Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ngaji Gus Baha

Gus Baha : Kalau Tidak Mampu Naik Haji, Bisa Memberi Uang Saku ke Orang Yang Pergi Haji

nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha' adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah ya

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
yoni Iskandar/Tribunjatim
Gus Baha' ketika ditemui disebuah acara di Haul KH Achmad Shiddiq Jember 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dua tahun belakangan ini, nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha' adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah yang sedang viral.

Gus Baha' dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, K.H. Maimun Zubair .

Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang.

Ayah Gus Baha’ (KH. Nursalim) merupakan murid dari KH. Arwani al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Salam al-Hafidz Kajen Pati, yang nasabnya bersambung kepada para ulama besar.

Dalam menjaga sekaligus membumikan al-Qur’an, ayah Gus Baha’ bersama dengan sahabatnya Gus Miek (KH. Hamim Jazuli) pada waktu itu beliau berdua membuat gerakan, yaitu dengan menyelenggarakan semaan Al-Qur’an secara keliling dari satu tempat ke tempat lain.

Baca juga: Kisah Gus Dur Temukan Makam Leluhurnya di Hutan Banyuwangi

Baca juga: Gus Miek Bertemu Dengan Pengemis, Ternyata Bukan Pengemis Sembarangan

Baca juga: Besok, Kota Malang Mulai Melakukan Vaksinasi, Ada 13 Orang Yang Akan Divaksin

Gerakan tersebut pada awalnya diberi nama Jantiko (Jamaah Anti Koler). Nama gerakan Jantiko kemudian mengalami perubahan menjadi Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto) disertai Dzikrul Ghafilin.

Ada pesan khusus yang disampaikan Gus Baha' dalam setiap ia memebrikan pengajian. Kali ini membahas soal Haji.

Menurut Gus Baha', kalau kita Tidak mampu naik haji jangan dijadikan alasan bagi kita untuk memutus harapan berhaji.

"Seandainya kita tidak mampu naik haji, kita tetap perlu menunjukkan keseriusan dalam berhaji melalui orang yang berhaji. Salah satu caranya dengan ikut merasa senang dengan orang yang berhaji," paparnya Gus Baha'.

Gus Bahak' memberikan contoh. “Misal kamu belum mampu berhaji, maka berilah uang orang yang berangkat haji.
Perbuatan kecil ini, mengandung hikmah supaya rezeki kita ikut terbawa ke tanah suci. Agar sebagian rezekimu ikut mengantar dia ke Makkah. Jadi kamu pede," jelasnya.

Gus Baha mendasarkan pendapat ini atas dasar kaidah fikih, jika kita tidak mampu ideal, maka jangan tinggalkan semuanya.

Menurut Gus Baha, logika ini memang kadang tidak bisa diterima logika Orang-orang modern.

"Dalam logika orang modern, orang yang mampu berhaji seharusnya menyantuni orang di sekitarnya yang belum mampu berhaji.

“Orang yang mampu berhaji kok malah disantuni oleh orang yang tidak mampu berhaji..? Tapi dalam logika hikmah agama, tidak demikian. Justru bagi orang yang belum mampu naik haji, ikut memberi uang kepada orang berhaji menunjukkan rasa cinta kita kepada tanah suci," jelanya.

Bahkan dengan memberi uang kepafa orang yang pergi haji, imbuh Gus Bahak' sebagai upaya mendekatkan diri kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang makamnya ada di tanah suci.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved