Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pakar Ekonomi UNAIR: Start-Up Bisa Jadi Kunci Utama Indonesia Untuk Terbebas dari Middle Income Trap

Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai middle income countries di mana mayoritas penduduknya berpendapatan menengah.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Yoni Iskandar
istimewa
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, Prof. Badri Munir Sukoco. 

Reporter : Fikri Firmansyah | Editor : Yoni Iskandar

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai middle income countries di mana mayoritas penduduknya berpendapatan menengah.

Hal tersebut yang akhirnya membuat Indonesia selalu dibayang-bayangi oleh middle income trap akibat kegagalan negara untuk naik dari pendapatan menengah-bawah menuju menengah-atas.

Meski setahun belakangan Indonesia telah dikategorikan sebagai upper-middle income country, namun situasi pandemi membuat progres ekonomi masyarakat Indonesia akan semakin terancam.

Akan tetapi pandangan berbeda datang dari Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, Prof. Badri Munir Sukoco.

Menurutnya, situasi pandemi sejatinya menguntungkan iklim inovasi dan ekonomi kreatif bagi mereka para individu cerdas dan inovatif.

“Pandemi adalah variabel intervening yang luar biasa. Apalagi diikuti dengan komposisi usia produktif masyarakat kita yang lebih dari 60%. Masa ini menjadi masa yang tepat untuk mengembangkan ekonomi kreatif,” ungkap Guru Besar termuda UNAIR tersebut, Sabtu (30/1/21) di Surabaya.

Baca juga: Kota Malang Kembali Dapat Tambahan Jatah 14.080 Vaksin Covid-19

Baca juga: Kecelakaan Parah, Wajah Gadis Rusak dan Jadi Korban Bully, Transformasi Kini Viral, Lihat Bedanya

Baca juga: Ketika Gus Baha Ditemui Habib Sholeh Tanggul Jember, Rombongan Hanya Bisa Berdiam

Namun, menurut Prof. Badri, pengalaman 23 tahun Indonesia untuk keluar dari lower-middle income trap diakibatkan oleh rendahnya inovasi dan ekonomi kreatif.

"Indonesia memiliki usia produktif tinggi, akan tetapi angka kompetitivitas angkatan kerja menurun dari tahun ke tahun, apalagi diikuti dengan kerentanan 90% komposisi penduduk Indonesia yang berada pada kelas middle income," kata dia.

Selain itu, pekerjaan usia produktif Indonesia masih terkonsentrasi pada pekerjaan kantor maupun ekonomi konvensional.

Titel Indonesia sebagai salah satu negara pengguna internet terbesar dengan 150 juta pengguna pun ternyata tidak pernah benar-benar dimanfaatkan sebagai peluang ekonomi.

Untuk mengatasinya, Prof. Badri sendiri meyakini istilah creativity is the new economy, yang mana orientasi ekonomi kini harusnya tidak lagi terpatok pada sumber daya alam, tapi kreativitas dan value added, sehingga Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi dengan memanfaatkan inovasi, kreativitas, dan digitalisasi.

“Maka jika sekarang mulai banyak anak muda bercita-cita mendirikan start-up sendiri, itu salah satu langkah yang tepat. Start-up atau perusahaan rintisan bisa menjadi solusi bagi negara yang mengalami middle income trap,” jelasnya.

Prof. Badri menambahkan, berkaca dari Singapura dan Luxemburg yang memiliki ranking kelas kreatif yang tinggi, ternyata hal tersebut mampu mendorong pada peningkatan ekonomi masyarakatnya melalui ekonomi kreatif dan start-up yang diciptakan.

“Sedangkan, Indonesia sendiri masih di peringkat 86 dengan hanya 7,95% proposisi kelas pekerja ekonomi kreatif,” imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved