PDIP Surabaya: Untuk Lewati Pandemi Covid-19, Kolaborasi Santri dan Nasionalis Menjadi Keharusan
Peringati Hari Lahir Nahdlatul Ulama, PDIP Surabaya: Untuk lewati pandemi Covid-19, kolaborasi santri dan nasionalis menjadi keharusan.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Dwi Prastika
Reporter: Bobby Constantine Koloway | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya menyampaikan selamat Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) yang ke-95 pada 31 Januari 2021.
PDI Perjuangan akan selalu konsisten berkolaborasi dengan warga Nahdliyin, terutama dalam menangani dampak pandemi Covid-19 (virus Corona).
“Kami dari PDI Perjuangan Surabaya turut berbahagia dengan momentum Hari Lahir Nahdlatul Ulama. Semoga NU terus berjaya, diridhai Tuhan Yang Maha Kuasa dalam khidmahnya menyebarkan Islam ahlussunah wal jamaah dan meneguhkan komitmen kebangsaan," ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, Minggu (31/1/2021).
Adi Sutarwijono mengatakan, menghadapi pandemi Covid-19 dibutuhkan kerja gotong royong antara berbagai elemen bangsa. Termasuk, dari kalangan santri dan nasionalis.
“Dalam berbagai lintasan sejarah, berkali-kali tantangan zaman berhasil dilewati republik ini karena bersatu padunya santri dan nasionalis. Demikian pula agar bisa melewati pandemi dengan baik, gotong royong kaum santri dan nasionalis adalah keharusan,” ujarnya.
Baca juga: Menangkan Kader Muda di Pilkada, PDI Perjuangan Jawa Timur Ajak Milenial Tak Ragu Masuk Politik
Baca juga: Beri Bantuan untuk Korban Bencana di Jember, Golkar Jawa Timur Salurkan Uang Hingga Pakaian
“Santri dan nasionalis, nasionalis dan santri, adalah dua fondasi yang mengukuhkan bangsa kita,” imbuh Adi Sutarwijono yang juga ketua DPRD Surabaya.
Dia menambahkan, Bung Karno dan pendiri NU KH Hasyim Asyari adalah dua tokoh yang selalu seirama sebagai representasi kaum nasionalis dan santri.
“Bung Karno, seorang pemimpin nasionalis, adalah presiden pertama di dunia yang mengutip ayat alquran di Sidang Umum PBB 1960,” ujarnya.
Adapun KH Hasyim Asyari, sambung dia, adalah pemimpin Islam yang mengajarkan pentingnya komitmen kebangsaan, bahkan jauh sebelum Indonesia berdiri.
Baca juga: Pengamat Politik: Demokrat Jatim Butuh Pemimpin yang Berani Tampil Sebagai Representasi Demokrat
Baca juga: Sejumlah Kader Keluar Pasca Ketua DPC Tuban Diganti, Gerindra Jatim: Kader Sebaiknya Patuh DPP
“Ketika Bung Karno bertanya tentang hukum membela negara bagi umat Islam, Kiai Hasyim sepenuh hati bilang bahwa itu adalah jihad fisabilillah. Ijtihad itu kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Resolusi Jihad yang membakar semangat arek Suroboyo melawan kedatangan tentara sekutu,” jelas Adi Sutarwijono.
Dalam sejarahnya, lanjut dia, keterikatan PDI Perjuangan sebagai rumah besar kaum nasionalis dan NU sebagai rumah besar kaum Nahdliyin sudah tidak terpisahkan.
Hal ini pun akan tetap terjaga dalam kehidupan masyarakat ke depan.
Baca juga: Kegaduhan di Gerindra Tuban, Pengurus di 13 PAC Nyatakan Mundur dari Kepengurusan Partai
Baca juga: PDI Perjuangan Jatim Tanam Pohon dan Bersih-bersih Sungai pada Peringatan HUT Partai ke-48
"Kolaborasi NU dan PDI Perjuangan akan terus terjalin baik seperti selama ini," kata Adi Sutarwijono.
"Sekali lagi, selamat Harlah NU. PDI Perjuangan Kota Surabaya siap mendukung berbagai upaya NU dalam menjaga persatuan, mensejahterakan umat, dan memajukan Surabaya tercinta," katanya.