Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ngaji Gus Baha

Gus Baha' Dan KH Said Aqil Satu Nasab Dengan Waliyulloh 'KH Sholeh Darat'

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha' yang lahir di Sarang 15 Maret 1970 , Rembang, Jawa Tengah ini adalah salah satu ulama

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
istimewa
Gus Baha' dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj 

Jadi sudaha jelas, kalau Gus Baha' leluhuirnya bukan orang sembarangan dan pengarang puluhan kitab. Tidak heran ilmu leluhurnya itu menurun ke Gus Baha'.

Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar as Samarani atau yang sering dikenal dengan nama KH Sholeh Darat ini lahir pada tahun 1820 di Desa Kedung Cumpleng, Jepara.

KH Sholeh Darat merupakan guru dari sederet tokoh terkenal di masa perjuangan, diantaranya, pendiri Nahdatul Ulama, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, dan Raden Ajeng Kartini.

Ayahnya Kyai Umar, merupakan tokoh ulama terpandang yang disegani khususnya oleh masyarakat utara Jawa. Selain itu, beliau adalah orang kepercayaan Pangeran Diponegoro yang menjadi pejuang pada Perang Jawa (1852-1830).

Nama ‘Darat’ diambil dari nama wilayah dimana KH Sholeh Darat tinggal.

Darat yaitu suatu kawasan dekat pantai utara kota semarang tempat mendaratnya orang-orang yang datang dari luar Jawa.

kisah Imam Ghozali Bertamu ke rumah Mbah Soleh Darat

Semua kitab karya Mbah Soleh Darat berisi ajaran tasowwuf.

Meski membahas fikih, isinya pun banyak ajaran tasowwuf. Kitab kecil bab shalat dan wudhu, Lathaifut Thaharah wa Asrarus Solat, juga berisi ajaran tentang tasowwuf. Juga kitab Majmu’ Syariat maupun Pasolatan, ada tasawuf di dalamnya.

Terlebih dalam kitab yang memang membahas tentang tasawuf, seperti Munjiyat, Minhajul Atqiya fi Syarhi Ma’rifatil Adzkiya’, Tarjamah Al-Hikam, dan Syarah al-Burdah.

Gus Baha : Para Kiai-kiai Top Masih Direpotkan Dengan Hukum Rokok

Terkuak Kondisi Terbaru Ayu Ting Ting Paska Batal Nikahi Adit Jayusman, Igun Tak Terkejut: Biasa

Masakan Teras Muzda sempat Dikritik Kurang, Bagaimana Nasib Restoran Muzdalifah Rp32 M Kini?

Mbah Soleh sering menukil pendapat dari Imam al-Ghozali dalam karya-karyanya, amat kagum dan hormat kepada Hujjatul Islam tersebut.

Setiap selesai mulang ngaji, Mbah Soleh menulis, dengan pena tutul dan tinta China yang selalu dicampuri minyak wangi oleh beliau.

Diterangi oleh temaramnya lampu teplok, di atas lembar demi lembar ia tuliskan gagasan, ide-ide dan ulasan-ulasannya.

Suatu malam, Mbah Soleh kedatangan seorang tamu yang memakai pakaian khas Arab, berjubah dan memakai surban di kepalanya.

Mbah Soleh sedang berada di ruangannya, menulis kitab Munjiyat : Methik Saking Ihya Ulumiddin. Oleh para santri, tamu tersebut disuguhi wedang, sebelum diantarkan menemui Mbah Soleh.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved