Ngaji Gus Baha
Ngaji Gus Baha: Indahnya Ibadah Jika Dikerjakan Dengan Hati yang Riang
Memahami Islam dengan mudah dan ringan dengan Ngaji Gus Baha, bahwa indahnya ibadah jika dikerjakan dengan hati yang riang.
Penulis: Taufiqur Rohman | Editor: Mujib Anwar
Penulis: Taufiqur Rochman
TRIBUNJATIIM.COM - Melaksanakan Ibadah, jika sudah menjadi masalah maka harus dihindari.
Hal ini disampaikan oleh Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim dalam sebuah pengajian.
Menurut Gus Baha, sbagai umat islam, kita telah diajarkan berbagai macam ibadah kepada Allah SWT.
Ibadah bukan hanya salat, zakat, puasa dan haji semata .
Ibadah adalah segala perkara yang dicintai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan ataupun perbuatan yang tampak (dzahir) ataupun yang tidak nampak (batin).
Guna mengetahui bahwa perkara ini dicintai oleh Allah SWT atau tidak, dan membedakan perkara tersebut mendatangkan keridhaan-Nya atau malah mengundang murka-Nya.
Maka kita harus belajar mencari ilmu untuk mengetahuinya.
Dikutip dari sebuah ceramah di Youtube Santri Gayeng, Gus Baha yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Quran LP3IA ini mengatakan, jika ibadah sudah jadi masalah, harus dihindari.
Baca juga: Bukan Orang Sembarangan, Inilah Sosok & Biodata Gus Baha Kiai Milenial, Santri Kesayangan Mbah Moen
Baca juga: Gus Baha: Salah Kaprah, Memaknai Tanda Hitam di Jidat Bekas Sujud
Baca juga: Gus Baha Ngaji Selalu Bawa Kitab, Ini Alasannya
Kiai Milenial yang juga Rais Syuriyah PBNU ini lalu mencotohkan dengan seseorang yang tiap hari melakukan salat dhuha, ternyata tetap miskin.
Alhasil seseorang tersebut akhirnya akan menyalahkan dhuha.
Tapi beda cerita dengan seseorang yang salat dhuha-nya jarang-jarang, dia pasti tidak menyalahkan dhuha, malah mengira salat dhuha yang dikerjakan kurang giat.
Oleh karenanya, kiai asal Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah itu menjelaskan bahwa alangkah indahnya ibadah jika dikerjakan dengan hati yang riang.
Hal ini sesuai dengan hadist Nabi: "Iqroul qur'an ma'talafat qulubukum."
Terjemahan: "Bacalah Alquran selama hatimu senang, jika mulai tidak senang, maka hentikan."
"Jangan sampai Alquran menjadi tersangka, begitu juga shalat," kata Gus Baha menambahkan.
Lebih jauh santri kesayangan Almarhum KH Maimoen Zubair ( Mbah Moen ) itu menyebut setiap hal itu pasti ada dosisnya, karena setiap orang pasti punya rasa bosan.
Gus Baha lalu mencotohkan dengan seseorang yang mengikuti majelis semaan.
Awalnya seseorang yang menyimak dengan seksama mulai semangat.
"Saat hafiznya tahu bahwa bayarannya sama, mereka mulai merokok dan makan, pikir mereka, enak saja bayarannya sama."
"Daripada begitu ikut saja, daripada menggerutu karena bayarannya sama," tambah Gus Baha, yang penjelasan serta kajian soal Islam yang disampaikannya sering viral dan trending di Youtube dan media sosial ini.
Gus Baha pun mengingatkan kepada para jamaah agar tidak menjadi orang yang sok suci.
"Tidak usah munafik, kamu ini manusia. Begitulah Rasulullah SAW mengajari kita, jika suatu ibadah sudah tiba pada level 'tersangka' atau masalah, harus dihentikan, tentu (ibadah) ini bukan yang fardlu" tegasnya.
"Jangan sampai ibadah itu merusak diri anda sendiri," pungkas Gus Baha.
Sang Kiai Milenial
Ceramah dan kajian soal Islam yang disampaikan oleh Gus Baha sekarang semakin banyak dicari orang.
Pengajian Gus Baha yang bernama asli KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini sering viral dan menjadi trending di Youtube.
Warganet dan netizen bahkan mengenalnya sebagai Gus Milenial atau Kiai Milenial.
Karena penjelasan dan logika yang disampaikan terkait agama dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan sangat baik oleh kaum milenial masa kini.
Tapi sosok Gus Baha ternyata bukan orang sembarangan. Ini terlihat dari biodata dan profil santri kesayangan Mbah Moen alias KH Maimoen Zubair ini. Ulama yang hafal Al quran 30 juz beserta arti dan maknanya ini.
Sosok dan biodata Gus Baha

Dilansir dari Wikipedia, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah (Jateng).
Gus Baha dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Al Quran.
Dilansir dari situs Ma'had Aly Jakarta dalam artikel berjudul: Gus Baha’; Ahli Tafsir Didikan Ulama Nusantara Gus Baha disebut sebagai ahli tafsir asli didikan ulama nusantara.
Gus Baha yang ahli tafsir, dewan ahli tafsir nasional yang berlatar belakang nonformal, dan ahli tafsir yang mondoknya hanya di nusantara.
Pada sebuah kesempatan Prof Quraisy Syihab berkata, “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail al-Quran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat al-Quran seperti Pak Baha.”
Gus Baha adalah putra seorang ulama ahli Al Quran, KH Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara pulau Jawa.
Nursalim adalah murid dari KH Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH Abdullah Salam Al-Hafizh Pati.
Dari silsilah keluarga ayah, dari buyut hingga generasi keempat kini merupakan ulama-ulama ahli Quran yang andal.
Sedangkan silsilah keluarga dari garis ibu, Gus Baha merupakan silsilah keluarga besar ulama Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.

Pendidikan Gus Baha
Gus Baha kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Quran di bawah asuhan ayahnya sendiri.
Di usia yang masih sangat belia, ia telah mengkhatamkan al-Quran beserta qiraah dengan lisensi yang ketat dari ayahnya.
Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makharijul huruf.
Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan.
Di Al-Anwar inilah Gus Baha terlihat sangat menonjol dalam ilmu syariat seperti fikih, hadits dan tafsir.
Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh ia selama mondok di Al Anwar, seperti Rais Fathul Muin dan Ketua Maarif di jajaran kepengurusan PP Al Anwar.
Saat mondok di sana pula Gus Baha mengkhatamkan hafalan Shahih Muslim lengkap dengan matan, rawi dan sanadnya.
Selain Shahih Muslim, Gus Baha juga mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Muin dan kitab-kitab gramatika Arab seperti Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
Menurut sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan, Gus Baha lah santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di eranya.
Bahkan tiap-tiap musyawarah yang akan ia ikuti akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan.
Selain menonjol dengan keilmuannya, Gus Baha juga sosok santri yang dekat dengan kiainya.
Dalam berbagai kesempatan, ia sering mendampingi gurunya Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan.
Mulai dari sekadar berbincang santai, hingga urusan mencari tabir, menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke Al Anwar, dan dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.
Pada suatu ketika Gus Baha dipanggil untuk mencarikan tabir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina, karena saking cepatnya tabir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu, “Iyo Ha’, koe pancen cerdas tenan.” (Iya Ha, kamu memang benar-benar cerdas).
Selain itu Gus Baha juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawaidzah di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal.
“Santri tenan iku yo koyo Baha iku,” (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha itu) kurang lebih seperti itulah ucapan Syaikhina yang riwayatnya sampai ke penulis Ma'had Aly Jakarta.
Dalam riwayat pendidikan, semenjak kecil hingga mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, Gus Baha hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di Desa Narukan dan PP Al Anwar Karangmangu.
Ketika sang ayah menawarkan kepadanya untuk mondok di Rushaifah atau Yaman, Gus Baha lebih memilih untuk tetap di Indonesia.
Ia berkhidmat kepada almamater, Madrasah Ghozaliyah Syafiiyyah PP Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA. (*)