Inilah Amalan KH Baidlawi, Ulama Bondowoso yang Jasadnya Tetap Utuh Setelah 4 Tahun Dimakamkan
Pendiri Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso, KH Baidlawi bin H Abdus Syukur Masih utuh jasadnya
Penulis: Dana Delani | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Danendra kusuma | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Jasad seorang ulama sekaligus pendiri Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso, KH Baidlawi bin H Abdus Syukur yang telah dimakamkan selama 4 tahun masih utuh.
Semasa hidupnya, KH Baidlawi melaksanakan amalan khusus membaca ribuan kali Selawat Nariyah secara istiqomah.
Membaca Selawat Nariyah merupakan bentuk kecintaan umat kepada Nabi Muhammad SAW.
Selawat juga menjadi harapan dan doa agar kelak mendapat syafaat dari Rasulullah.
"Beliau sangat istiqomah mengamalkan Selawat Nariyah, terkecuali sedang sakit. Amalalan tersebut konsisten diamalkan sejak tahun 1980-an hingga wafat," kata putra KH Baidlawi, KH Ali Rohbini, Sabtu (27/2).
Ali menyebutkan, sang ayah berselawat Nariyah tak sendiri, biasanya mengajak santri, khususnya yang senior. Setiap malamnya membaca 4.444 kali Selawat Nariyah.
"Amalan Selawat Nariyah sebanyak 4.444 tersebut diamalkan setiap hari. Tepatnya setelah Salat Maghrib sampai waktu Salat Isya tiba," jelasnya kepada TribunJatim.com.
Baca juga: Dimakamkan Selama 4 tahun, Jasad Ulama Bondowoso KH Baidlawi Masih Utuh
Baca juga: Ini Pesan Orang Tua Gus Baha Kepadanya, Gus Baha Pegang Pesan itu Sampai Sekarang
Baca juga: Jadwal Pengumuman Penerima Kartu Prakerja Gelombang 12, Lengkap Cek Data Terbaru Jumlah Pendaftar
"Sementara, kalau Bulan Ramadhan, beliau membaca Selawat Nariyah jelang berbuka puasa, yakni pukul 16.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB," tambahnya.
Selain rutin membaca 4.444 kali Selawat Nariyah, lanjut Ali, sang ayah juga dikenal seorang ulama Bondowoso yang ikhlas.
"Beliau sederhana dan sangat takdzim kepada guru," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, jasad KH Baidlawi diketahui tetap utuh usai makamnya dibongkar, Kamis (25/2).
Pembongkaran itu dilakukan, karena tanah makam almarhum ambles terkena air hujan.