Ngaji Gus Baha
Gus Baha Pernah Merasakan Diejek, Dibully : Perih Sungguh
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya,
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Salim Al-Hafidz. Bahkan video ceramah Gus Baha ini bertebaran di Youtube dan media sosial lainnya.
Belakangan, sosial media dipenuhi dengan video ceramah dari seorang ulama bernama Gus Baha.
Mulai dari yang durasi 2-3 menit sampai yang lebih dari satu jam. Mengulas beragam topik keislaman, mulai dari fikih, ekonomi, dakwah, dan sebagainya.
Maka tidak heran apabila Gus Baha menjadi ahli tafsir Al Quran. Sehingga sangat diidolakan anak-anak muda atau yang biasa disebut kaum milenial .
Kali ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha Saya pun merasakan diejek alias dibully orang lain.
"Sungguh. (Tapi)sSejak terkenal alim itu akhirnya saya manfaatkan benar-benar. Mumpung terkenal alim. Bukan sombong, tapi maslahatnya memang begini: Saya sebagai orang yang hidup di masyarakat, misalnya bapak saya pernah melarat, mbah saya pernah melarat, misalnya pernah merasakan rasanya diejek orang, disepelekan orang. Jika seorang ulama terjebak masalah sosial, dia paling tidak melahirkan dendam, sementara dendam bagi seorang ulama juga haram, juga tidak menyelesaikan masalah," kata Gus Baha yang juga santri kiansih KH maimoen Zubair ini.
Gus Baha benar-benar tahu rasanya diejek, memang sungguh perih sekali.
"Tahu rasanya bapak diejek,embah diejek, perih sungguh. Seumpama saya menuruti duniawi, ya dendam beneran pada yang menghina. Tapi saya kan sudah terkenal alim, jadi orang sowan ya hanya untuk bertanya hukum, bahkan yang saya dendami goblok-goblokan sekarang ngajinya juga sama saya. Ya nggak pernah bahas apa-apa. Ya menahan diri, awal-awalnya saya ya menahan diri, lama-kelamaan jadi orang baik akhirnya ya biasa saja," jelasnya.
Baca juga: Inilah Jawaban Cerdas Gus Baha Tentang Nabi Muhammad Tidak Bisa Baca Tulis
Baca juga: Gus Baha : Kiai Sehari Manggung Tiga Kali, Pasti Bicaranya Standar, Itu-Itu Saja
Baca juga: Ribuan Massa HMI asal Sulawesi Tiba Di Surabaya, Polisi Siapkan Pengamanan dan Akomodasi
Menurut Gus Baha, "Biar tahu kalian. Berat lho ulama itu, Dun. Manusia kok ketika diumpat tidak boleh membalas, jika diejek melarat juga nggak boleh membalas, jika didzalimi disuruh mendoakan yang mendzalimi supaya bertobat, apa tidak perih rasanya? Jadi banyak kakeknya orang yang dulu musuh mbah saya, bapak orang yang dulu musuh bapak saya, secara sosial masyarakat. Andaikan saya ungkit-ungkit pasti timbul dendam," papar Gus Baha.
Menurut Gus Baha, orang hidup \ada peta sejarahnya,"Orang yang menjadi musuh guru saya, seakan-akan juga musuh saya, yang menjadi musuh bapak saya, seakan-akan musuh saya. Begitu juga organisasi, seakan-akan yang tidak qunut itu melawan NU, kalau qunut melawan Muhammadiyah. Padahal tidak ada permusuhan, tahu-tahu seperti itu. Itu berat … tapi (alim itu) bisa membunuh dendam di masa lalu," jelasnya
"Saya itu orang kecil, tapi punya nasib misalnya kakak saya pernah jadi wakil bupati, guru saya termasuk politikus, itu sudah repot, menghadapi rival-rival politikus, seumpama saya turuti. Tapi barokahnya alim tidak bicara masalah sosial politik, tiap diajak bicara diam. Ada tamu : “Gus, menurut njenengan Rembang bagaimana?”
Emang ada apa? Aku orang alim. Tanya ilmu kujawab. Orang alim kok diajak membahas politik.
Akhirnya sekarang sudah beres semua. Karena itu saya minta yang merasa alim, bicara ilmu saja, jangan membahas yang lainnya.
Jadi kestabilan sebuah negara itu sebetulnya tidak hanya jasa militer yang menjaga kestabilan, tapi juga jasa ulama, yang bersedia mendedikasikan dirinya hanya untuk agama.
… Dan itu bisa tuntas. Konflik yang begitu ekstrem, karena trauma abahnya Sayyid Husain dipenggal, dicincang, dibantai oleh siapa? Mbahnya matinya juga dibunuh, yaitu Sayyidina Ali … Itu bisa reda karena Sayyid Ali Zainal Abidin tidak pernah berbicara sosial politik.