Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Suasana Mencekam di Nusakambangan saat Eksekusi Mati, Dokter Hastry: Yang Tak Tampak Ikut Nonton

Ahli forensik dr Sumy Hastry Purwanti atau akrab disapa dr Hastry takut dan khawatir saat pertama kali masuk tim eksekusi mati di Nusakambangan.

YouTube Denny Darko
Mentalis Denny Darko saat mewawancarai ahli forensik Kombes dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F. 

"Saya yang pasang tanda di dada terpidana mati itu. Saya cek dulu letak jantungnya lalu pasang titik bidik. Awalnya gemetar juga, tapi saya harus kuat," cerita dr Hastry soal kejadian malam itu kepada Tribun Jateng saat ditemui di kantornya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jateng, Selasa (30/8/2016).

Ia mengenang saat itu pangkatnya masih komisaris polisi dan sudah bertugas di Bidang Kedokteran dan Kepolisian Polda Jateng.

"Biasanya menolong orang sakit yang mau hidup, ini mengerjakan orang hidup yang akan ditembak mati. Tapi itulah tugas dan pengabdian kepada negara,"

Baca juga: Petani Desa Bumirejo Ditemukan Tewas di Rumah Anak Kandung, Kades: Ada Teriakan Pada Dini Hari

dr Hatry juga terlibat dalam eksekusi terpidana mati Jilid II, dua di antaranya duo Bali Nine: Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Bali Nine adalah istilah tentang sembilan orang warga negara Australia yang ditangkap polisi pada 17 April 2005 di Bali. Mereks berusaha menyelundupkan 8,2 kilogram heroin dari Indonesia ke Australia.

Polisi menyebut Andrew Chan sebagai "godfather" kelompok Bali Nine yang terdiri dari Myuran Sukumaran, Si Yi Chen, Michael Czugaj, Renae Lawrence, Tach Duc Thanh Nguyen, Matthew Norman, Scott Rush, dan Martin Stephens. Hanya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang dieksekusi regu tembak.

Terpidana mati Jilid II yang diekesekusi selain duo Bali Nine di antaranya Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).

Pada eksekusi mati jilid III, Sumy membantu divisi forensik. Kala itu sudah ada anggota wanita polisi lain yang lebih banyak terlibat. Mereka yang dieksekusi adalah Humphrey Ejike alias Doctor (Nigeria), Seck Osmane (Senegal), Michael Titus Igweh (Nigeria), dan Freddy Budiman (Indonesia).

Setelah kematian Freddy, muncul kabar tak sedap ada oknum petinggi BNN, Polri dan TNI, menerima uang haram Freddy hasil penjualan narkotika. Nyanyian Freddy menjadi perhatian Presiden Jokowi dan meminta semua lembaga terkait untuk mengusut siapa orang yang dimaksud dalam nyanyian Freddy lewat tulisan Koordinator KontraS Haris Azhar.

Sumy kini berpangkat AKBP. Kepala Sub Bidang Kedokteran Kepolisian Polda Jateng itu semringah selama obrolan.

Ia satu-satunya wanita polisi yang berhasil menggondol gelar doktor forensik di Asia. Gelar yang cukup prestisus karena tak semua polisi mau ambil.

Bukan main senangnya ibu dua anak yang akrab disapa Hastry ini bakal diwisuda untuk meraih gelar doktor forensik pada 24 September 2016, terpaut 23 hari setelah HUT ke-67 Polwan yang jatuh tiap 1 September. Wisudanya tentu sebagai kado terindah untuk institusinya.

Baca juga: Pemkot Surabaya Mulai Suntikan 10 Ribu Vaksin AstraZeneca, Guru Hingga Pedagang Masuk Sasaran

Kebahagiaan bertambah, Hastry tak lama lagi menelurkan buku keempat berjudul, 'Kekerasan Perempuan dan Anak Dari Segi Ilmu Kedokteran Forensik.'

"Ini sedang menyusun buku keempat. Jadi ultah Polwan kali ini berasa spesial," beber Hastry.

Wanita kelahiran Jakarta, 23 Agustus 1970 ini, memiliki perhatian begitu besar terhadap perempuan dan anak korban kekerasan seksual. Kasus ini memiliki tingkat kesulitan untuk dipecahkan.

"Forensik itu tidak hanya memeriksa orang mati, tapi korban yang hidup juga," terang dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved