Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Suara Legenda Cak Didik Pukau Penumpang Stasiun Gubeng Sejak 1999, Sehari Bisa 50 Lagu: Bangga Saya

Cak Didik setia hibur penumpang Stasiun Gubeng Surabaya sejak tahun 1999. Tidak sedih pendapatan berkurang gegara Covid-19: bangga saya.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH
Didik Agus Nugroho atau yang akrab disapa Cak Didik saat menghibur para calon penumpang KA yang tengah duduk dibangku ruang tunggu kedatangan kereta di Stasiun Gubeng Surabaya. 

Tekad yang kuat membuat ia pun memberanikan diri untuk bertemu pihak PT KAI Daop 8 Surabaya untuk meminta ijin.

Pihak KAI Daop 8 Surabaya pun, kata Cak Didik, merespon niatnya dengan baik, terlebih dirinya adalah warga asli Gubeng Masjid Gang 4.

"Jadi awal bekerja sebagai musisi di Stasiun Gubeng jni pada tahun 1999," ungkap Didik, Jumat (2/4/21) kepada TribunJatim.com di Cafe Loko Stasiun Gubeng Surabaya

Saat itu ia melakukannya bersama tiga rekan sahabatnya.

Itu berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Untuk jumlah lagu yang dinyanyikan biasanya menyesuaikan keadaan kondisi tubuh.

"Kalo pas sehat ya bisa sanggup 50 lagu bahkan lebih, tapi kalo pas lagi kurang fit, mungkin 40an lagu saja," ujarnya.

Kehadiran pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 lalu ternyata turut meluluhlantakkan sendi keuangan Cak Didik yang didapat dari hasil ngamen tetap di Stasiun Gubeng.

"Adanya pandemi Covid-19 sangat berdampak ke pendapatan ngamen saya, dulu saya dan teman-teman sanggup menghasilkan 120 ribu perhari, tapi sekarang hanya 50 ribu, itupun ngoyo mas," curhat Didik sambil menyeruput kopi hitamnya.

Tak hanya memangkas omsetnya, pandemi juga turut memaksanya untuk melakukan ngamen tetap di Gubeng dengan sendirian alias tidak ditemani dengan sahabat-sahabatnya yang biasanya menemaninya sejak 1999.

"Sekarang kalo ngamen disini temen-temen uda pada gak tertarik, soalnya penumpang juga sepi jadi yang ngasik uang di kaleng ya gak banyak, sedangkan rumah teman-teman saya meski di Surabaya tapi lokasinya jauh sekali dari Gubeng. Jadi ya terpaksa saya ngamennya sendiri," tuturnya.

Meski kini ngamen sendiri, bapak tiga anak itu tetap piawai melantunkan irama-irama dengan pengaturan nada yang pas dan indah.

Memainkan gitar dengan cara dipetik disetiap awal bernyanyi juga memberikan hiburan tersendiri bagi setiap telinga yang mendengarnya.

Komposisi genre musik yang ia bawakan bervariasi, ada pop, folk dan blues.

"Untuk jenis lagu yang saya bawakan sendiri biasanya menyesuaikan suasana mas, kalo penumpang kereta yang duduk di bangku banyak yang mudah, maka saya pilih lagu genre pop dan folk, kalo pop biasnya lagu dari Band Kerispatih, sedangkan kalo Folk Iwan Fals dan untuk Folk English lagunya Carpenters," terang pria paruh baya itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved