Berita Jatim
SBW Bakal Jadi Ikon Ekspor RI ke Tiongkok, BBKP Surabaya Siap Beri Pendampingan Eksportir Jatim
BBKP Surabaya Musyaffak Fauzi sebut nilai ekspor Sarang Burung Walet (SBW) asal Jawa Timur meningkat tiap tahun.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Hefty Suud
Adapun untuk di awal 2021 berdasarkan data dari Januari hingga sampai 9 Maret 2021 sendiri mencapai sebanyak 51,3 Ton.
Dikatakan pula oleh Musyaffak, untuk negara tujuan ekspor SBW di Jatim sendiri ada banyak, meliputi China dan Non China seperti Ukraina, Australia dll.
Meski ada yang tujuan negara non China, tetapi yang mengkonsumsi tetap etnis China.
Ia menceritakan, pihaknya pernah bertanya langsung kepada eksporti-eksportir yang melakukan ekspor ke Negara tujuan non China dan ternyata, meski bukan di negara China, tapi yang meminati SBW ini tetap orang etnis China di negara tersebut.
"Jadi misal saat SBW Jatim yang sudah tiba di Australia, kemudian orang yang membeli SBW kita untuk dikonsumsi ya orang etnis China yang ada di Negara Australia juga," jelasnya.
Bahkan, masih kata Musyaffak, etnis China sudah mengkonsumsi dan memilih SBW Indonesia sebagai yang favorit sejak jaman dahulu kala.
"Berdasarkan informasi terpercaya yang kami terima, SBW Indonesia telah menguasai pasar seluruh dunia sejak jaman kerajaan Majapahit dan ini karena orang etnis China di manapun berada selalu memilih SBW kita dibandingkan SBW lainnya," imbuhnya.
Kata dia, orang etnis China takut alias hal pantangan jika mengambil SBW ditempat negaranya sendiri.
"Alhasil mereka (etnis China) memilih untuk membelinya dari kita, selain dirasa nikmat mereka juga menilai SBW kita produk unggulan," sambungnya.
Ditanyai alasan mengapa orang etnis China gemar mengkonsumsi SBW Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit, Musyaffak mengungkapkan karena berkaitan dengan kepercayaan atau sugesti yang mereka miliki.
"Bagi mereka, SBW kita ini mampu dan mujarab untuk obat awet muda dan masih banyak lainnya," paparnya.
Adapun untuk negara tujuan China yang mendominasi ekspor SBW asal Jatim meliputi Tiongkok dan Hongkong.
"Persentase Hongkong selalu menjadi yang terbesar, di 2020, kontribusinya mencapai 67,90 persen, sedangkan Tiongkok sebesar 20 persen
Sementara itu, Koordinator Bidang Karantina Hewan BBKP Surabaya, Cicik Sri Sukarsih mengatakan melihat potensi ekonominya yang cukup baik itu, Karantina Pertanian di seluruh Indonesia termasuk pihaknya siap untuk memberikan pendampingan terhadap para eksportir SBW di Jatim.
"Calon eksportir dapat menghubungi unit pelaksana teknis Karantina Pertanian di seluruh Indonesia, sedangkan untuk di Jatim di kami (BBKP Surabaya). Jadi nanti fungsinya kami sebagai pendamping, tujuannya agar para eksportir SBW Jatim dapat memenuhi persyaratan sesuai Protokol Karantina Indonesia dengan Otoritas Karantina China," kata dia.