Cerita Ojek Wisata Gunung Kelud Bertahan di Tengah Pandemi, Sempat Banting Setir Jadi Buruh Tani
Warga lereng Gunung Kelud menyambut baik kebijakan uji coba pariwisata Gunung Kelud yang dibuka di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: Farid Mukarrom | Editor: Ndaru Wijayanto
Reporter: Farid Mukarrom I Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Warga lereng Gunung Kelud menyambut baik kebijakan uji coba pariwisata Gunung Kelud yang dibuka di tengah pandemi Covid-19.
Pasalnya sudah setahun lebih wisata Gunung Kelud ditutup dan masyarakat sekitar tak mendapatkan penghasilan sama sekali.
Kini wisata Gunung Kelud Kabupaten Kediri kembali dibuka pada Sabtu (10/4/2021) dengan status masih dalam tahapan uji coba selama 2 Minggu.
Baca juga: Rumah Runtuh Diguncang Gempa, Kisah Pilu Keluarga di Lumajang Jalani Ramadan di Kandang Kambing
Nantinya selama 2 Minggu uji coba akan dilakukan evaluasi antara Pemerintah Kabupaten Kediri bersama Polri dan TNI.
Sementara itu di sisi lain warga lereng Kelud berharap pembukaan wisata ini akan terus dilanjutkan. Tak terkecuali bagi Perkumpulan Ojek Wisata Kelud Kediri.
Baca juga: Gas Elpiji 3 Kg Langka di Bondowoso, Warga Terpaksa Beli Lauk untuk Sahur dan Buka Puasa
Saat ditemui di Gunung Kelud Wakil Ketua Perkumpulan Among Karyo Satrio Kelud, Bagio berharap tak ada penutupan kembali Wisata Gunung Kelud Kabupaten Kediri.
Bagio yang merupakan warga Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, mengaku bahwa dirinya dan segenap perkumpulan ojek wisata gunung Kelud merasakan kesulitan saat pariwisata ditutup selama setahun penuh.
Baca juga: Tragedi Berdarah di Madura, Adik Tega Bacok Kakak Kandung hingga Tewas, Bermula dari Ucapan
"Kita ini sudah bergantung lama di Wisata Gunung Kelud. Seandainya nanti setelah uji coba Wisata Gunung Kelud ditutup kembali otomatis saya gak tahu lagi kehidupan kita selanjutnya," ungkapnya Jumat (16/4/2021).
Jika hal ini terjadi maka dirinya dan para pelaku objek wisata akan menjadi buruh tani.
Hal ini tak mudah karena ada 180 anggota ojek wisata Kelud yang akan jadi buruh tani. Sedangkan lahan pertanian di lereng Kelud juga tak banyak.
Selain itu Bagio mengungkapkan, ia mendengar cerita para petani asli Ngancar yang merasakan kesusahan saat para pelaku ojek wisata Kelud jadi petani.
"Dia bilang kerjanya gak bisa berkelanjutan sebagai buruh tani, karena lahan pekerjaannya dibagi oleh pelaku usaha wisata Kelud yang jadi buruh tani," ungkapnya.
Selain itu, Bagio menceritakan awal mula pembentukan wisata Gunung Kelud ini karena ada pembalakan liar.
Menurutnya pasca letusan Gunung Kelud pada tahun 1990, sebagian warganya melakukan aktivitas pembalakan liar.