Israel Serang Palestina
Terjawab Alasan Negara Arab Kini Diam saat Palestina Digempur Israel, Takut? Dosen Singgung Peran AS
Benarkah diamnya negara Arab atas konflik Israel dan Palestina itu karena takut?
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Mengapa negara Arab kini banyak diam dan biarkan Palestina digempur Israel?
Pertanyaan itu mungkin terngiang di benak publik saat melihat bagaimana konflik Israel dan Palestina kini.
Benarkah diamnya negara Arab atas konflik Israel dan Palestina itu karena takut?
Baca juga: Meledak Serangan Paling Mematikan Israel, Rumah Pentolan Hamas Luluh Lantak, Yahya Sinwar Terbunuh?
Diketahui, sejak Ramadan lalu, ketegangan antara Israel-Palestina kembali memanas.
Beragam faktor melatarbelakangi ketegangan itu, termasuk di antaranya rencana pengusiran puluhan warga Palestina di kawasan Sheikh Jarrah.
Situasi kemudian semakin menegangkan setelah kelompok milisi Palestina Hamas menghujani wilayah Israel dengan rudal-rudal.
Meski tak banyak menimbulkan kerusakan dan korban, Israel membalas serangan itu dengan melakukan operasi militer di sejumlah wilayah.
Hasilnya, ratusan warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Namun, sampai saat ini negara-negara Arab belum melakukan langkah pasti dalam meredamkan konflik Israel-Palestina.
Baca juga: Alasan Israel Dibiarkan Allah SWT Hidup Padahal Keji, UAS Nangis Menjawab, Masuk Surga Pakai Apa?
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide mengatakan, diamnya negara-negara Arab karena memiliki ketergantungan tinggi pada Amerika Serikat.
Dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, padahal, AS memiliki lobi kuat Yahudi untuk menjaga politik luar negerinya, terutama dalam konflik Israel-Palestina.
Dengan kondisi itu, Palestina pun tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat seperti Israel.
"Palestina tidak mempunyai strategi perjuangan seperti Yahudi dulu sewaktu awal menggagas untuk mendirikan negara Yahudi (Israel)," kata Suhedi saat dihubungi, Minggu (16/5/2021).
"Orang-orang Yahudi saat itu melakukan penggalangan dana, mendekati negara-negara yang berpengaruh di kancah dunia," sambung dia.
Baca juga: Alasan Keji Israel Serang Gedung Media di Gaza, Meski Belum Terbukti, Pilu Ratapan Jurnalis: Lenyap
Sebagai informasi, berdirinya Liga Arab salah satunya bertujuan untuk mencegah negara Yahudi di Palestina.
Namun, organisasi itu kini banyak memiliki peran signifikan dalam upaya damai Israel-Palestina.
Sahide menuturkan, negara Arab kini harus mulai mengurangi ketergantungannya terhadap AS.
"Selagi AS menjadi negara superpower dan negara-negara Islam mempunyai ketergantungan tinggi terhadap Amerika, maka Israel akan terus-terusan melakukan aksi brutalnya terhadap warga Palestina," jelasnya.
"Mengurangi tingkat ketergantungan tehadap AS tentu dimulai dengan mengembangkan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan," sambungnya.
Baca juga: DERETAN Senjata Israel Dipakai Gempur Gaza, 150 Target Sudah Dirudal, Pengeboman Mematikan Terbesar
Ia menjelaskan, konflik Israel-Palestina tidak bisa diselesaikan dengan perang dan aksi militer.
Sebab, Israel merupakan salah satu negara dengan alat militer terbaik di dunia.
"Terbukti pilihan itu tidak efektif. Kalau pendekatan itu ya jelas kalah dari Israel yang didukung dengan teknologi tinggi," kata dia.
"Perlu ada pendekatan lain dalam meresponsnya, soft diplomacy misalnya," tutup dia.
Sementara itu, serangan udara Israel di Kota Gaza meratakan tiga bangunan dan menewaskan sedikitnya 42 orang hari Minggu (16/05/2021).
Hal tersebut diungkap petugas medis Palestina, seperti dilansir Associated Press.
Setidaknya penghitungan menyebutkan sejauh ini sudah 188 warga Palestina tewas terbunuh di Gaza, termasuk 55 anak-anak dan 33 wanita, dengan 1.230 orang terluka.
Delapan orang di Israel tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dan seorang tentara.
Baca juga: Marah Besar Jurnalis ke Israel, 2 Detik Kantor Lenyap Dihantam 3 Rudal, Tak Akan Diam: Tuhan itu Ada
Terlepas dari banyaknya korban tewas dan upaya internasional untuk menengahi gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan perang keempat dengan para penguasa Hamas di Gaza akan terus berlanjut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan Minggu malam, serangan itu terus berlanjut dengan "kekuatan penuh" dan akan "memakan waktu."
Israel "ingin menarik harga yang mahal" dari kelompok militan Hamas, katanya, diapit oleh menteri pertahanan dan saingan politiknya, Benny Gantz, dikutip dari kompas.tv ( grup TribunJatim.com ).
Baca juga: AS Turun Tangan, Joe Biden Miris Bombardir Roket Hamas, Tegang Isi Telepon dengan Presiden Palestina
Serangan udara Israel pada Minggu pagi adalah serangan tunggal paling mematikan sejak pertempuran hebat meletus antara Israel dan Hamas hampir seminggu yang lalu.
Serangan ini menandai pertempuran terburuk di sini sejak perang tahun 2014 yang menghancurkan di Gaza.
Serangan udara menghantam jalan utama pusat kota dari bangunan tempat tinggal dan etalase toko selama lima menit setelah tengah malam, menghancurkan dua bangunan yang berdekatan dan satu lagi sekitar 50 yard (meter) di jalan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 16 wanita dan 10 anak termasuk di antara mereka yang tewas, dengan lebih dari 50 orang terluka, dan upaya penyelamatan masih dilakukan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/pelayat-palestina-membawa-jenazah-yassin-hamad-yang-tewas-karena-israel1.jpg)