Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Tulungagung

Sanggar Gadung Melati Tulungagung Berprestasi di Masa Pandemi, Raih Juara di Italia hingga Bulgaria

Tembok teras rumah Suwito (54) di depan Balai Desa Beji, Kecamatan Boyolangu penuh dengan piagam berbagai prestasi tari.

Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
Surya/David Yohanes
Para penari Gadung Melati berpose di Pendopo Kabupaten Tulungagung 

Reporter: David Yohanes I Editor: Ndaru Wiayanto

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Tembok teras rumah Suwito (54) di depan Balai Desa Beji, Kecamatan Boyolangu penuh dengan piagam berbagai prestasi tari.

Bukan hanya nasional, Sanggar Seni Gadung Melati yang dipimpinnya sudah mendapat pengakuan tingkat internasional.

Terbaru, Gadung Melati meraih juara di Lomba Tari Ekspresi Petasan 2021 Jakarta yang diselenggarakan oleh Bibir Jakarta dan Swara Mahardika.

Kiprahnya bermula dari SBS Culture Show yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Oktober 2020, anak-anak dapat juara dua, sedangkan remaja masuk finalis.

Gadung Melati lalu ikut kompetisi Sopravista International Online Contest “All Colours of Art” di Italia.

Dalam festival dengan tema spirit folklore daerah menapat dua emas untuk kategori anak dan remaja.

Sempat ikut dalam kompetisi Tari Kreasi Nusantara yang diselenggarakan Genta Lestari Budaya (GLB) pada Februari 2021, Gadung Melati berhasil masuk menjadi finalis.

Gadung Melati lalu ikut kompetisi International Dance Competition (Golden Dance) 2021 di Bulgaria, April 2021.

Di ajang ini Gadung Melati mendapat juara pertama dan kedua dalam kategori Folklore Dance Groups Modern Choreography.

Berkat raihan ini, karya Gadung melati diikutkan kompetisi serupa di Asia Folklore Asia di Mongolia dan masih tahap penilaian.

Suwito berkisah, sanggarnya dirintis tahun 2009. Namun sanggar yang dikhususkan untuk tari ini kemudian pecah.

Seluruh sanggar bedol desa pindah ke wilayah lain bersama para murid yang dilatih.

“Laksana PO (perusahaan otobus), armada, sama sopirnya dibawa. Yang ditinggal hanya garasinya,” kenang PNS di UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Boyolangu.

Suwito pun merintis sanggar tari baru, dan lahirlah Gadung Melati di tahun 2016.

Saat itu hanya ada empat anak yang mau bergabung. Selama satu tahun Suwito bertahan dengan empat anak didiknya.

Ayah dua anak ini bersyukur, pihak Pemerintah Desa Beji memberikan kantor desa untuk tempat latihan.

Suwito memanfaatkan waktu setelah jam pelayanan untuk berlatih. Nama Gadung Melati mulai mengukir prestasi pada 2017, saat festival di Pawiyatan Daha Kediri.

“Seiring persiapan ikut bergabung banyak anggota baru. Akhirnya kami bisa menurunkan empat grup di berbagai kategori,” tuturnya.

Hasilnya, seluruh grup yang diturunkan Gadung Melati meraih prestasi semua.

Mulai juara satu, dua dan juara tiga. Sejak itu semakin banyak siswa baru yang bergabung di Gadung Melati.

Bahkan saat ini jumlah siswa mencapai sekitar 250 anak. Jumlah pelatih pun bertambah dari tiga orang menjadi enam orang. Suwito juga merintis kelompok karawitan di bawah Gadung Melati.

“Saya berpikir, pasti butuh musik untuk pengiring. Makanya sejak 2017 saya kirim sejumlah anak untuk belajar gamelan,” ungkapnya.

Darah seni Suwito menurun dari kedua orang tuanya. Sang ayah pemain ketoprak, sedangkan sang ibu pengrawit dan penari serimpi. Suwito juga aktif main ketoprak dan wayang wong di masa mudanya.

Darah seni itu yang mendorongnya membuat sebuah sanggar seni. Suwito terbeban membuat sanggar untuk menampung semua kesenian di dalamnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved