Eunike, Mahasiswi ITS Surabaya Penggagas Masker Kain Berfilter Khusus Limbah Tempurung Siwalan
Eunike Rhiza Febriana Setyadi, mahasiswi ITS Surabaya penggagas masker kain dengan filter khusus yang berbahan dasar limbah tempurung siwalan.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sulvi Sofiana
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Peningkatan limbah masker di masa pandemi Covid-19 (virus Corona) tidak hanya berdampak bagi lingkungan, namun juga berpotensi menularkan virus ke masyarakat sekitar.
Mengatasi hal tersebut, mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS Surabaya, Eunike Rhiza Febriana Setyadi melalui esainya menggagas masker kain yang lapisan tengahnya diberi filter khusus berbahan dasar limbah tempurung siwalan.
“Limbah masker medis sulit terurai dan membutuhkan sumber daya yang cukup besar dalam pengelolaannya,” ungkap mahasiswi yang akrab disapa Ike ini, Sabtu (17/7/2021).
Melalui esai bertajuk Potensi Active Carbon Sheet Mask Ramah Lingkungan dari Limbah Tempurung Siwalan guna Mengurangi Penyebaran Covid-19 di Indonesia, Eunike menggagas ide masker kain yang lapisan tengahnya diberi filter khusus berupa lembaran karbon aktif.
“Lapisan karbon aktif dapat memaksimalkan efektivitas penyaringan kotoran, terutama virus,” terang mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2018 ini.
Lebih lanjut, mahasiswa asal Tuban ini menjelaskan, karbon aktif ini bisa diperoleh dari kandungan selulosa yang sangat tinggi pada tempurung siwalan, yaitu sebesar 89,2 persen.
Buah ini juga mudah ditemukan, khususnya di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang memproduksi sebanyak 5.477 ton per tahun.
“Selain harganya terjangkau, pemanfaatan buah siwalan juga dapat membantu perekonomian warga,” ucapnya.
Sebelum memproses limbah tempurung siwalan menjadi karbon aktif, tempurung terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel, lalu dikeringkan di oven bersuhu 150 derajat celsius selama dua jam untuk menghilangkan kandungan air (proses dehidrasi).
Baca juga: Tak Pakai Masker, Belasan Pelanggar Prokes Covid-19 di Kota Blitar Disanksi Tipiring
Kemudian tempurung siwalan akan melewati tahap karbonisasi.
Sebanyak 1 kilogram sabut siwalan ditempatkan dalam wadah tertutup dan dipanaskan dalam tanur pada suhu 300 derajat celsius selama sejam.
“Tempurung siwalan ini akan berubah menjadi bentuk arang yang kemudian didinginkan, digiling dan diayak hingga arang berukuran 90 mesh,” imbuh gadis kelahiran tahun 2000 ini.
Setelah melewati tahap karbonisasi, arang yang diperoleh akan masuk ke tahap aktivasi.
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan pori-pori permukaan arang, sehingga dapat meningkatkan daya adsorpsi terhadap cairan dan gas.