Berita Tulungagung
Harga Cabai Rp 4.000, Petani di Tulungagung Membiarkan Cabainya Mengering di Pohon: Rugi
Harga cabai Rp 4.000, petani di Tulungagung membiarkan cabainya mengering di pohon, ungkap rugi untuk upah petik.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Suyono (45), petani cabai di Desa Bendosari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, hanya memandang hamparan tanaman miliknya.
Setengah hektare cabai merah keriting yang sudah memerah dibiarkan mengering di pohonnya.
Karena harga cabai terlalu murah, hanya Rp 4.000 per kilogram, membuat Suyono enggan merugi jika harus memanennya.
"Kalau Rp 4.000 malah rugi untuk upah memetik. Untuk sarapan (buruh petik) sudah rugi," ucap Suyono, Kamis (26/8/2021).
Hamparan tanaman cabai yang siap panen terlihat indah memerah.
Dalam kondisi normal, para petani lekas memanen untuk mengantisipasi kerusakan tanaman.
Namun kini bumbu masakan berasa pedas sekaligus pewarna merah makanan ini mulai mengering terpapar matahari.
"Kalau kondisi normal harga setidaknya Rp 30.000 per kilogram. Sekarang turunnya terlalu banyak," sambung Suyono.
Sebelumnya harga cabai sempat turun Rp 16.000 per kilogram, lalu anjlok hingga Rp 4.000 per kilogram.
Situasi ini terjadi sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, awal Juli 2021.
Cabai yang biasanya dikirim hingga ke Jakarta, akhirnya tertahan karena sedikit angkutan yang masuk ke Jakarta.
Baca juga: Anggota DPRD Tulungagung Nekat Gelar Wayang Kulit Saat PPKM Level 4, Dibubarkan Satgas Covid-19
"Angkutan cabai juga terpengaruh PPKM, hanya sedikit yang bisa masuk," keluh Suyono.
Turunnya harga cabai juga dipicu jumlah warung makan yang buka turun drastis selama PPKM Darurat hingga Level 4.
Akibatnya permintaan cabai juga turun drastis.