Kilas Balik
Tak Akan Lupa, Pasukan TNI Menangis Diperintah Soeharto Tangani Gajah Ngamuk, Alasan di Luar Dugaan
Pasukan TNI menangis saat diperintah Soeharto menangani gajah ngamuk hingga kini terkuak alasan sebenarnya.
Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Emil Salim menuliskan kisah itu dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia, tahun 2012 lalu.
Baca juga: Penyesalan Terbesar Soeharto Sebelum Benny Moerdani Tiada, Dulu Abaikan Sang Jenderal TNI: Andai
Peristiwa itu terjadi saat dia menjadi menteri yang mengawasi dan melestarikan alam.
Tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari Palembang.
Isi telepon tersebut menyatakan, para tentara yang ada di sana sedang bersiap-siap hendak menembak rombongan gajah yang "mengamuk".
Kawanan gajah tersebut merusak kebun-kebun dari sebuah desa transmigrasi yang baru saja didirikan.
Baca juga: Diusir Soeharto dari Istana, Soekarno Tinggalkan Banyak Barang Berharga, Hanya 1 yang Digenggam
Mendapatkan laporan itu, Emil Salim lantas mempelajarinya.
Ternyata gaja-gajah yang hidup di hutan pedalaman Sumatera itu memang memiliki ritual, yaitu pergi ke laut setahun sekali untuk memperoleh garam.
Jalan yang harus mereka lalui selalu sama.
Sayangnya, jalan tersebut belakangan digunakan untuk membuat kebun, dan hal itu tidak diketahui oleh Dinas Transmigrasi saat itu.
Penduduk yang ketakutan itu kemudian meminta bantuan para tentara.
Emil Salim segera melaporkan peristiwa itu kepada Soeharto, Panglima ABRI saat itu Jenderal TNI Try Sutrisno.
Soeharto pun segera melarang para tentara menembaki gajah-gajah tersebut.

Soeharto meminta para anggota TNI agar menggiring gajah masuk hutan lagi melalui jalan lain yang tak melintasi desa.
"Agar hewan-hewan itu menurut dan tidak beringas, Soeharto menyarankan digunakannya perangkat bunyi-bunyian seperti terompet, kayu yang dipukul-pukul, kentongan dan sebagainya untuk menggiring gajah," tulis Emil Salim dalam buku itu.
Mendapatkan perintah dari Soeharto, para anggota TNI pun segera melaksanakannya.