Kilas Balik
Tak Akan Lupa, Pasukan TNI Menangis Diperintah Soeharto Tangani Gajah Ngamuk, Alasan di Luar Dugaan
Pasukan TNI menangis saat diperintah Soeharto menangani gajah ngamuk hingga kini terkuak alasan sebenarnya.
Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Pengalaman pasukan TNI menerima perintah Soeharto pernah begitu membekas.
Seolah tak akan lupa, pasukan TNI dalam momen tersebut sampai menangis.
Tangisan kelompok pasukan TNI ini terjadi kala mendengar perintah dari Soeharto saat menangani kawanan gajah.
Kawanan gajah mengamuk dan berakhir aman pada akhirnya.
Perjuangan pasukan TNI itu tidak lepas dari ide dan perintah Presiden RI kedua itu.
Baca juga: Kehidupan Soeharto Saat Tak Lagi Jadi Presiden, Cara Ajudan Kawal Terasa Aneh, Ajudan Sampai Malu
Masa pemerintahan Soeharto menjadi masa yang seolah tak akan bisa dilupakan oleh jajaran di bawahnya.
Termasuk para pasukan TNI.
Sebuah peristiwa lantas begitu membekas di ingatan semua orang.
Adalah ketika Soeharto mengetahui ada kawanan gajah yang mengamuk hebat.

Para prajurit TNI pernah diperintah oleh Soeharto untuk menggiring kawanan gajah masuk ke dalam hutan.
Saat menjadi presiden, Soeharto ternyata pernah memerintahkan para prajurit TNI menggiring kawanan gajah masuk ke hutan.
Peristiwa itu membuat para prajurit TNI tersebut menitikkan air mata.
Selama 32 tahun memimpin Indonesia, Soeharto memang memberikan perhatian kepada banyak hal.
Termasuk kepada binatang, serta lingkungan mereka.
Emil Salim, seorang mantan menteri di era Soeharto mengungkapkan kisah tentang Soeharto dan penggiringan kawanan gajah agar masuk kembali ke dalam hutan.
Emil Salim menuliskan kisah itu dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia, tahun 2012 lalu.
Baca juga: Penyesalan Terbesar Soeharto Sebelum Benny Moerdani Tiada, Dulu Abaikan Sang Jenderal TNI: Andai
Peristiwa itu terjadi saat dia menjadi menteri yang mengawasi dan melestarikan alam.
Tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari Palembang.
Isi telepon tersebut menyatakan, para tentara yang ada di sana sedang bersiap-siap hendak menembak rombongan gajah yang "mengamuk".
Kawanan gajah tersebut merusak kebun-kebun dari sebuah desa transmigrasi yang baru saja didirikan.
Baca juga: Diusir Soeharto dari Istana, Soekarno Tinggalkan Banyak Barang Berharga, Hanya 1 yang Digenggam
Mendapatkan laporan itu, Emil Salim lantas mempelajarinya.
Ternyata gaja-gajah yang hidup di hutan pedalaman Sumatera itu memang memiliki ritual, yaitu pergi ke laut setahun sekali untuk memperoleh garam.
Jalan yang harus mereka lalui selalu sama.
Sayangnya, jalan tersebut belakangan digunakan untuk membuat kebun, dan hal itu tidak diketahui oleh Dinas Transmigrasi saat itu.
Penduduk yang ketakutan itu kemudian meminta bantuan para tentara.
Emil Salim segera melaporkan peristiwa itu kepada Soeharto, Panglima ABRI saat itu Jenderal TNI Try Sutrisno.
Soeharto pun segera melarang para tentara menembaki gajah-gajah tersebut.

Soeharto meminta para anggota TNI agar menggiring gajah masuk hutan lagi melalui jalan lain yang tak melintasi desa.
"Agar hewan-hewan itu menurut dan tidak beringas, Soeharto menyarankan digunakannya perangkat bunyi-bunyian seperti terompet, kayu yang dipukul-pukul, kentongan dan sebagainya untuk menggiring gajah," tulis Emil Salim dalam buku itu.
Mendapatkan perintah dari Soeharto, para anggota TNI pun segera melaksanakannya.
Gajah-gajah itu berjalan dalam formasi.
Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Kapolri yang Diberhentikan Soeharto - Hotma Sitompul Terima Rp 3 M dari Juliari
Gajah-gajah betina berjalan di depan dan di belakang, anak-anak gajah berjalan terlindung di tengah-tengah rombongan.
"Gajah-gajah jantan dewasa berjalan mondar-mandir ke depan dan ke belakang untuk mengawal seluruh rombongan mereka," lanjut Emil Salim.
Usaha mereka ternyata membuahkan hasil.
Gaja-gajah itu bisa kembali hutan.
Baca juga: Terjawab Sebab Sebenarnya Soeharto Beri Soekarno Gelar Pahlawan Proklamasi, Sempat Picu Perdebatan
Saat gajah-gajah itu mendekati habitatnya, para anggota TNI yang mengawalnya sampai menitikkan air matanya.
Soeharto pun tampak senang mendapatkan kabar itu.
Soeharto lalu mengundang para tentara tersebut ke Bina Graha.
"Pak Harto menyalami mereka satu persatu, termasuk yang pangkatnya terendah sekali pun, mengucapkan langsung terima kasihnya untuk tugas yang tak biasa itu," tandas Emil Salim.

Ada lagi cerita lain saat Soeharto dibicarakan karena selalu berhasil mendapatkan ikan saat dirinya memancing.
Banyak pihak yang mencurigai Presiden kedua RI itu sengaja menyuruh seorang marinir menyelam ke dalam air.
Gosip pun beredar tentang bantuan dari anggota Marinir TNI AL yang berada di bawah perahu setiap kali Pak Harto memancing, untuk mengikatkan ikan-ikan di mata kail sang presiden, agar terkesan ikan tersebut adalah hasil tangkapan Soharto.
Mantan Menteri Penerangan Harmoko dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" menjawab fakta di balik isu yang banyak beredar di masyarakat itu.
Pada tahun 1987, saat Harmoko masih menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Ia pernah diajak sang untuk menemani presiden melakukan hobi tersebut, bersama dengan pejabat lainnya seperti Fuad Hasan, Bustanil Arifin, dan Ismail Saleh.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Sidoarjo, Pengendara Motor Tewas Dijepit Dua Truk
Harmoko menjelaskan, bahwa dalam kesempatan itu, ia coba mengklarifikasi mengenai keberadaan marinir di bawah kapal untuk membantu hobi presiden.
"Lihat saja nanti," jawab Soeharto.
Mantan wartawan itupun akhirnya dapat membuktikan, bahwa gosip keberadaan Marinir adalah sama sekali tidak benar. Soeharto mampu menangkap ikan besar karena memang ahli dalam hal tersebut, dan sabar.
Ikuti selengkapnya berita lain seputar berita kilas balik