Berita Madiun
Modal 0 Rupiah, Produk Tas Anyam Plastik Emak-emak Madiun Tembus Mesir
Di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga, ibu-ibu di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun masih bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga, ibu-ibu di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun masih bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dengan memproduksi tas anyam berbahan plastik.
Tak bisa diremehkan, kreasi emak-emak ini sudah diekspor hingga Kairo, Mesir.
Emak-emak yang tergabung dalam kelompok Rumah Anyam Krisajo ini memulai usahanya pada Bulan Juni 2021 lalu.
Mereka yang telah lulus mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Jatim menerapkan ilmunya untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga.
Ketua Rumah Anyam Krisajo, Siti Maunah (56) bersyukur pesanan tas anyam kelompoknya selalu banyak.
Bahkan ia mengaku kewalahan lantaran daftar pesanan sering kali antre menumpuk.
"Kita mau nyetok aja belum sempat karena bikin pesanan aja sudah kewalahan. Jadi sampai sekarang belum ada barang yang dijual di pasaran," kata Siti, Senin (6/9/2021).
Baca juga: Isi Surat Wasiat Korban Lompat di Jembatan Suramadu, Singgung Soal Rumah Tangga
Siti menyebut kelompoknya mempunyai 20 model tas plastik anyam yang bisa dipesan sesuai selera.
Harganya bervariasi, mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 150 ribu tergantung model dan bahan.
"Ada yang bahannya dari tali striping ada yang dari pandan, ada lagi yang mahal itu berbahan jali-jali. Kami datangkan bahanya dari Ngawi dan Ponorogo," lanjutnya.
Tas produksi ibu-ibu ini juga cocok digunakan untuk belanja di pasar hingga dibawa ke kondangan tergantung model yang dipilih.
Wali Kota Madiun, Maidi dan Wakil Wali Kota Madiun, Inda Raya Ayu Miko Saputri bahkan pernah memesan tas anyam dari Krisajo.
Namun Siti mengatakan, pesanan yang paling laris adalah yang paling murah yaitu tas anyam plastik berbahan tali striping dengan harga Rp 5 ribu.
"Pesanan paling banyak ya dari Madiun, Malang, Surabaya, dan Semarang," tambahnya.
Siti menjelaskan anggotanya berjumlah 16 orang sesuai jumlah ibu-ibu yang ikut pelatihan di BLK.
"Rata-rata satu orang bisa memproduksi 1-5 tas perhari. Tidak pasti, soalnya kita kan juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jadi kalau ada waktu luang baru digunakan untuk menganyam," lanjutnya.
Rumah anyam Krisajo memulai usahanya dengan modal Rp 0.
Mereka memanfaatkan bahan baku plastik anyam yang tersisa dari pelatihan BLK.
"Karena pesanannya banyak uang tersebut berputar lalu kami kembangkan dengan model lain dan dengan bahan baku lain yang lebih bagus," tambahnya.
Siti mengatakan dengan adanya usaha tas anyam ini cukup membantu ekonomi keluarga terutama untuk kebutuhan dapur dan rumah tangga.
"Rata-rata sebulan bisa dapat Rp 200 ribu. Lumayan untuk bayar listrik atau bawang merah," tambahnya.
Siti berharap usaha kelompoknya ini mendapatkan perhatian dari pemerintah agar bisa lebih berkembang.
"Ingin kami ya bisa memproduksi tas dengan skala besar dan modelnya bisa lebih beragam," pungkasnya.
Kumpulan berita Madiun terkini