Berita Jatim
Hari Pangan Sedunia, Gubernur Khofifah Ingatkan Pentingnya Masa Depan Pangan di Tangan Milenial
Di Hari Pangan Sedunia, Gubernur Jawa Timur Khofifah ingatkan pentingnya masa depan pangan di tangan generasi milenial.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif mewujudkan ketahanan pangan di Jawa Timur.
Menurutnya, ada tiga langkah sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk ikut mewujudkan keinginan tersebut.
Pertama, dengan cara memilih makanan yang sehat, lokal dan musiman. Menurut Khofifah, makanan sehat yang dimaksud adalah makanan yang bernutrisi cukup bagi individu untuk bergerak aktif dan dapat menghindari risiko penyakit.
"Alhamdullilah bahwa di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur pada khususnya memiliki kekayaan akan sumber daya alam dengan beragam jenis pangan yang melimpah. Ini menjadi syukur kita bersama," ujar Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (16/10/2021), bertepatan dengan peringatan World Food Day atau Hari Pangan Sedunia (HPS).
Di samping itu, menurut Khofifah, langkah sederhana yang perlu dilakukan adalah dengan mendorong program diversifikasi pangan. Cara tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal, dan mengajak masyarakat untuk memahami bahwa sumber karbohidrat sangat beragam, seperti umbi-umbian, sukun, jagung, dan lainnya yang nilai gizinya setara dengan beras ataupun tepung terigu.
"Cara tersebut juga sebagai bagian untuk membantu masyarakat dalam mengakses makanan sehat," terangnya.
Kedua, berkebun atau bercocok tanam di lingkungan rumah sendiri. Cara tersebut dinilai sangat efektif. Karena ketahanan pangan bisa diraih jika masyarakat memulainya dari level yang terkecil, yaitu membangun ketahanan pangan keluarga.
"Diharapkan setiap rumah tangga bisa mengoptimalisasi sumber daya yang dimiliki, termasuk pekarangannya dalam menyediakan makanan bagi keluarga," jelasnya.
Lalu ketiga, masyarakat diharapkan dapat lebih menghargai makanan dan lingkungan dengan mengurangi untuk membuang makanan. Termasuk mengurangi sampah makanan adalah hal yang paling sederhana, tetapi memiliki dampak yang sangat besar.
"Food waste, menurut FAO, mengacu kepada makanan yang dibuang, padahal produk makanan atau produk makanan alternatif tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi. Misal, makanan yang tidak kita habiskan karena masalah rasa atau mengambil terlalu banyak," jelas Khofifah.
Apalagi menurut data yang ada, Indonesia merupakan produsen sampah makanan terbesar ke-2 di dunia. 13 juta ton makanan yang terbuang sama dengan kebutuhan pangan 11 persen orang Indonesia atau setara dengan kebutuhan 28 juta jiwa.
Baca juga: Gubernur Khofifah Dianugerahi Lencana Kehormatan Kepala Daerah Pemimpin Perubahan dari LAN RI
Sementara menurut data Bappenas, perkiraan food waste Indonesia berkisar pada angka 23 juta-48 juta ton/tahunnya. Sedangkan makanan konsumsi yang terbuang di Indonesia bisa mencapai 115-184 kg perorang dalam setahun.
"Perhitungan angka 115-184 kg per orang per tahun itu termasuk perhitungan dari food loss, dari sisi produksi. Mulai dari beras ditanam sampai ke piring kita," jelasnya.
Sementara limbah makanan itu sendiri, ternyata dapat mengakibatkan dampak kerugian ekonomi sebesar Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun per tahunnya. Tingginya angka food waste tersebut tentu dapat berdampak pada perekonomian dan sektor lainnya.
"Oleh karena itu diharapkan, masyarakat bisa mulai merubah pola pikir dan kondisi saat ini dapat menyadarkan kita agar lebih bijak dalam mengelola makanan," jelasnya.
Melihat pentingnya kesadaran masyarakat terhadap persoalan pangan, Gubernur Khofifah meminta, agar masyarakat dapat memperkirakan dengan baik jumlah makanan yang diperlukan. Di samping itu, dirinya meminta untuk mencermati dalam mengolah makanan dan membeli makanan sesuai kebutuhan.
"Agar apa agar tidak ada lagi yang terbuang sebagai bagian dalam upaya untuk mengurangi food waste. Misalnya dengan merencanakan menu makanan di rumah secara seksama, sehingga tidak ada makanan yang menjadi limbah," jelasnya.
Pada kesempatan ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengingatkan kepada para generasi muda agar dapat memilih bahan pangan yang sehat, aman, bergizi dan juga bermutu.
"Generasi milenial dapat menjadi duta keamanan pangan dan mengajak lingkungan di sekitarnya untuk membeli panganan produk lokal. Atau melakukan inovasi menggunakan produk lokal misalnya porang yang saat ini banyak diminati negara tetangga," ujar Khofifah.
Mantan Menteri Sosial ini pun mengajak para generasi milenial untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis dalam hal memilih pangan.
"Generasi milenial adalah generasi emas yang harus menyadari pengetahuan terkait bahan pangan, karena keamanan pangan adalah tanggung jawab kita bersama dan tanggung jawab generasi muda tentunya," jelas Khofifah.
Lebih lanjut dirinya menambahkah, terlebih para generasi milenial saat ini harus mampu mengajak masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19 (virus Corona). Yakni dengan mengonsumsi pangan gizi seimbang dan cerdas kenali label gizi pada pangan.
"Generasi milenial harus proaktif menjadi agen perubahan. Selain mengampanyekan kebiasaan baru, harus juga menebarkan semangat untuk membangun hidup sehat dan cerdas dalam memilih pangan yang aman, bermutu, dan bergizi,” kata gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Di sisi lain Khofifah juga berharap, kebutuhan pangan masyarakat harus terpenuhi dan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa memenuhi gizinya.
"Apalagi saat ini Jatim sudah menjadi provinsi yang swasembada pangan dengan prestasi surplus, baik komoditas beras atau jagung. Sebagai provinsi yang memiliki kawasan maritim dan agraris tropis dengan potensi produksi pangan yang sangat beragam dan besar, Jatim sejatinya berpeluang untuk menjadi provinsi besar yang maju dan makmur," jelas Khofifah.