Berita Sidoarjo
Kisah Kampung Ikan Asap di Sidoarjo Tetap Mengepul di Tengah Pandemi
Wiji Utami sibuk menata ratusan ikan di atas rak bambu. Persis di sebelah tungku pengasapan, perempuan berjilbab ini tampak cekatan menata ikan-ikan y
Penulis: M Taufik | Editor: Ndaru Wijayanto
"Kami sangat bersyukur bisa tetap bertahan. Delapan karyawan tetap bisa gajian setiap bulan, dan resto juga tetap bisa berjalan meski dengan sejumlah keterbatasan," ujar Arif, pengelola BUMDes Penatarsewu.
Sektor lain yang justru berkembang pesat adalah penanganan sampah desa melalui budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).
"Budidaya maggot juga merupakan binaan Pertagas. Dan ini yang sekarang lagi meningkat pesat dibanding sektor lain yang ditangani BUMDes Penatarsewu," kata Sekdes Penatarsewu, Heriyanto.
Sampah rumah tangga dari seluruh warga Penatarsewu dikumpulkan di tempat itu. Kemudian dipilah. Sampah organik seperti sayuran, buah, bekas makanan, dan sebagainya disisihkan untuk digiling digunakan untuk budidaya maggot.
"Setiap hari ada sekira 20 sampai 30 kwintal sampah yang masuk. Setelah dipilah, rata-rata ada sekira 30 persen sampah organik yang bisa kami pakai, selebihnya diambil petugas Dinas Lingkungan Hidup untuk dikirim ke TPA Jabon," urai Edi Yanto, pengelola KSM Sampah Desa Penatarsewu.
Pengelolaan sampah itu sendiri sudah berjalan sekira dua tahun, dan masih terus dikembangkan.
Maggot bisa dijual untuk pakan ternak, dan maggot juga mulai dikembangkan untuk menjadi pakan ikan yang berkualitas. Caranya dengan digiling, dicampur dedak dan limbah sirip ikan.
"Untuk pakan ikan memang perlu proses tambahan, tapi hasilnya lebih bagus dan proteinnya lebih tinggi. Harganya bisa Rp 8.000 perkilogram," imbuh Edi.
Upaya pengembangan itupun mendapat pendampingan terus dari Pertagas. Bahkan CSR yang dikucurkan untuk sejumlah tempat pengasapan ikan dan resto apung di Penatarsewu juga terus dipantau oleh Pertagas.
Menurut Tedi Abadi Yanto, Head of Eksternal Relation East Region Pertagas, CSR yang dikucurkan ke Penatarsewu memang berkelanjutan. Awalnya sesuai rencana strategis satu sampai lima tahun, kemudian dievaluasi setiap tahun dan dikembangkan.
"Makanya kami terus memantau, mengevaluasi, dan membantu mendampingi warga," ujarnya.
Desa Penatarsewu sendiri merupakan ring satu operasional Pertagas. Sejak 2013, perusahaan plat merah itu beroperasi di sana.
Sejak berkegiatan di sana, perusahaan pun mulai mengucurkan SCR-nya untuk wilayah sekitar. Mulai dari bantuan perbaikan infrastruktur tempat pengasapan ikan, pemberian peralatan agar ketersediaan bahan baku lebih banyak dan tahan lama, serta beberapa bantuan di tahun 2017.
Berikutnya ada bantuan berupa pembanguan resto apung yang bertujuan untuk memasarkan ikan asap produksi Penatarsewu. "Tahun 2019 resto mulai beroperasi, dan berefek sangat bagus bagi perekonomian," kisahnya.
Sayang, baru beberapa bulan beroperasi, datang pandemi. Untungnya pengelola resto bisa berinovasi untuk tetap bertahan. Seperti memakai platform digital, melayani catering, dan sebagainya.