Pengembaraan Imajinasi 'The Wanderlust', Teknik Plototan Jadi Ciri Khas Karya dari Galih Reza Suseno
Melalui karya-karya Galih Suseno dalam The Wanderlust, emosi dan perasaan kita terbawa dalam ruang perjalanan di belantara panjang sarat imajinasi.
“Saya suka lukisan yang bertekstur, bukan tipikal penyuka lukisan yang tipis. Saya mencoba eksplorasi dari epoclay sampai resin yang ternyata lebih awet. Inspirasi plototan dari ibu, saya suka membantu ibu menghias kue pakai plastik segitiga atau plototan, lalu dari sana dikembangkan jadi ciri khas lukisan saya,” ungkap penerima penghargaan Top 5 Winner Basoeki Abdullah Art Awards tahun 2019.
Mikroorganisme bagi Galih merupakan makhluk yang artistik. Galih percaya kalau ada makhluk tak kasat mata yang kerap disebut jagat cilik.
“Pandemi membawa kesadaran akan hal-hal kecil. Jagat cilik ini ada meski kita tidak melihatnya. Keterbatasan mata membuat kita tidak bisa melihatnya, padahal hal itu exist. Makhluk-makhluk mikoorganisme yang kecil tapi saat dilihat pakai mikroskop itu indah, bermakna, dan artistik. Inilah yang membuat saya tertarik melukiskannya sebagai tema The Wanderlust,” paparnya.
Baca juga: Berkiblat ke Musik Kontemporer & Karya Original, Violinist Kezia Amelia Rilis Single Yang Kukenang
Tema Spiritualitas dalam Berkarya
Sebelum pameran The Wanderlust, Galih pernah mengadakan pameran tunggal keduanya berjudul Imago Dei di Bentara Budaya Yogyakarta pada tahun 2017. Lukisan-lukisan yang ditampilkannya mengusung tema spiritualitas dalam berkarya. Banyaknya peristiwa maupun kejadian tentang beragama membawanya pada sebuah pemikiran bahwa spiritualitas tetap penting bagi kehidupan.
“Tema spiritualitas lebih kentara di Imago Dei. Berawal dari tugas kuliah, saya ingin karya ini tidak hanya berakhir sebagai tugas. Saya pamerkan karena ada rasa tangung jawab atas anak-anak yang saya lahirkan. Sayang kalau hanya tugas saja. Akhirnya saya cari galeri dan dapat di Bentara Budaya. Intinya tema spiritualitas ini memasalahkan postulat Tuhan yang katanya dalam kitab suci diciptakan ‘serupa’ seperti manusia. Namun di dalam keserupaannya itu, manusia dengan Tuhan, manusia berbuat seperti ‘setan’ bukan seperti Tuhan. sehingga muncul keambiguitas dan hal itu saya tampilkan dalam Imago Dei,” tutur Galih.
Baca juga: Film Pendek Omah Njero: Tempat Paling Sakral, Sendang Kapit Pancuran, hingga Ruang Semayam Para Ego
Inspirasi dalam Keheningan, Karya Hasil Perenungan

Galih menceritakan kondisi seniman, pekerja seni, dan pelaku industri kreatif yang sempat lesu di awal masa pandemi. Segala upaya untuk membangkitkan geliat seni dan industri kreatif pun tak henti dilakukan, agar iklim kesenian tidak lesu dan jalanan yang lengang tidak mematikan kreativitas. Menurut Galih, pandemi tidak sampai mematikan kreativitas para seniman, justru masa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengambil jeda.
“Di masa pandemi ini, seniman banyak yang megambil jeda dan sangat produktif. Momen ini bisa digunakan untuk berpikir ulang untuk melihat di dalam dirinya, banyak sekali inspirasi tercipta di dalam keheningan. Saat pandemi mulai surut, saya melihat ada banyak sekali pameran yang bagus, di mana karya yang dihasilkan timbul dari hasil perenungan dan lebih mindful,” terang seniman pencetus Imago Dei dan Artist in residence #10, Hope Beyond Absurdity.
Baca juga: Janji Teruskan Perjuangan Pakde, Mira Kirana ‘The Next Didi Kempot’ Ajak Anak Muda Cinta Budaya Jawa
Sedikit Berbeda Lebih Baik Daripada Sedikit Lebih Baik
Galih Suseno merupakan seniman pendatang baru yang tampil menonjol di antara ribuan pelukis lainnya. Baginya, sedikit berbeda lebih baik daripada sedikit lebih baik. Plototan menjadi ciri khasnya.
Rencana ke depannya, Galih akan selalu ikut acara-acara pemeran seni, kemudian berkomitmen dengan galeri dalam menentukan pameran. Galih memasang target akan kembali menggelar pameran tunggal keempatnya pada tahun 2023. Tak lupa, ia juga akan lebih menggalakkan untuk berbagi ilmu dengan orang lain.
“Kalau berbagi ilmu secara workshop melukis plototan pernah satu hingga dua kali kepada anak-anak. Berbagi apa yang sudah saya dapatkan itu penting, jadi nanti akan digalakkan lagi dalam prioritas saya,” tutupnya.
(TribunJatim.com/Ficca Ayu Saraswaty)