Berita Terkini
Karena 1 Kata yang Hilang Soal Konflik Rusia-Ukrina, Jokowi Disoroti Pakar Pertahanan: Berisiko
Presiden Jokowi mendapatkan sorotan dari pakar pertahanan Australia. Itu terkai pernyataan Jokowi soal konflik Rusia-Ukraina
Tapi nasalahnya ada pada poin tiga dan empat dari pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu, Indonesia menyerukan agar ‘situasi ini’ diakhiri dan ‘selanjutnya menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan permusuhan dan mengedepankan resolusi damai melalui diplomasi’.
Ini 'mendesak' Dewan Keamanan PBB untuk 'mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah situasi semakin memburuk'.
Rupanya ungkapan yang satu ini membuat orang-orang Australia percaya bahwa Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan jutaan orang Indonesia tidak begitu terkejut dengan apa yang terjadi di Ukraina.
Berbeda jauh dengan terkejutnya orang-orang Australia.
Jokowi menulis di akun resmi Twitternya, "‘Hentikan perang. Perang membawa penderitaan bagi umat manusia dan membahayakan dunia".
Tidak diragukan lagi bahwa dia mencerminkan kengeriannya.
Dan Retno Marsudi setidaknya berusaha membujuk mitra Rusia-nya untuk menyelesaikan perselisihan Rusia dengan Ukraina melalui diplomasi.
Tetapi Australia menganggap pernyataan itu memiliki tujuannya.
Apalagi terkait krisis Ukraina, Indonesia disebutkan tidak menyebutkan kata 'Rusia' di dalamnya.
Oleh karenanya, pakar Pertahanan Rusia sekaligus kepala program ASPI Indonesia, David Engel menyatakan pernyataan itu bodoh dan sangat berisiko.
Lebih tepatnya, itu tidak jujur.
David Engel menyebut pemerintahan Jokowi pasti tahu bahwa kedua belah pihak tidak dapat disalahkan atas perang yang dimulai oleh Rusia dan yang berusaha dihindari oleh Ukraina.
Jika bersikeras bahwa Ukraina bisa menghentikan permusuhan ketika hanya membela diri dari agresi seorang tiran, maka David Engel menyebut itu hal yang disengaja.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul "Hanya Gara-gara Satu Kata yang Hilang Ini, Pakar Pertahanan Australia Nekat Sebut Pernyataan Jokowi Terkait Konflik Rusia-Ukraina Sebagai Hal Dungu"
Kumpulan berita terkini