Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Sidoarjo

Menengok Kawasan Kota Tua Sidoarjo, Banyak Bangunan Tua yang Masih Terawat

Kota ini dulunya bernama Sidokare, bagian dari Surabaya. Sampai tahun 1859 Kadipaten Surabaya dibagi dua oleh Pemerintah Hindia Belanda, Kabupaten

Penulis: M Taufik | Editor: Januar
TribunJatim.com/ M Taufik
Suasana Kota Tua di Sidoarjo 

Masjid yang tidak pernah sepi dari aktivitas dakwah ini sudah mengalami beberapa kali renovasi dan masih menyisakan warisan sejarah dan budaya berupa gapura kuno yang berfungsi sebagai pintu masuk masjid di sisi sebelah utara.

Berdirinya Masjid Al Abror tidak bisa lepas dari keberadaan Mbah Muljadi, seorang tokoh ulama dari Demak, Jawa Tengah yang diyakini warga sekitar merupakan pendiri Masjid Al Abror.

Dalam pembangunannya, Mbah Muljadi dibantu tiga orang warga sekitar, yakni Mbah Sayyid Salim, Mbah Musa dan Mbah Badriyah.

Empat tokoh itu dimakamkan di sebelah baratnya Masjid Jami Al Abror. Menjelang ramadhan masyarakat sekitar banyak yang berziarah ke makamnya.

Selain seorang ulama, Mbah Muljadi juga diyakini merupakan orang pertama yang mengajarkan pembuatan batik tulis kepada warga Kampung Jetis Kelurahan Lemah Putro.

Batik tulis Jetis diperkirakan mulai ada sekitar tahun 1675, usianya sudah 347 tahun, lebih tua dari usia masjid Jami Al Abror. Di kampung ini masih banyak dijumpai bangunan-bangunan kuno yang usianya diperkirakan lebih dari 1 abad.

Tahun 2013, Mahasiswa Program Magister Sipil Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, yakni Rifky Aldilan bersama dengan dua kawannya, Antariksa dan Chistia Meidiana meneliti bangunan-bangunan kuno yang berdiri di sepanjang Jalan Gajah Mada.

Dalam penelitian itu, Rifky membaginya dalam tiga kelompok bangunan kuno. Yakni kelompok bangunan kuno bernilai kultural potensial tinggi, sedang dan rendah.

Rifky dan kawannya mencatat ada 39 bangunan kuno di sepajang Jalan Gajah Mada Sidoarjo. Dari jumlah itu, terdapat 5 bangunan kuno bernilai kultural potensial tinggi yaitu Masjid Jami Al Abror, Toko Kain BIMA, Home Industri dan 2 Rumah Tinggal.

Kemudian, terdapat 10 bangunan kuno yang memiliki makna kultural potensial sedang, yaitu Toko Jam Cahaya Terang, Toko Sami Hasil, Mebel Lancar, Toko Rejo, Toko Pakaian dan beberapa bangunan kosong.

Sisanya sebanyak 24 bangunan masuk dalam kelompok kultural potensial rendah. Diantaranya, Toko Lambang Jaya, Toko Gajah Mada Gordyn, Toko Mia Ayam Chandra, Apotek Pangestu, Apotek Sidoarjo, Optik Internasional, Toko Air Mancur, Bengkel Garuda, Pusat Gadai, Toko Sumber Jaya dan lainnya rumah tinggal dan bangunan kosong.

Selain di sepanjang Jalan Gajah Mada, bangunan kuno juga banyak dijumpai di sepanjang Jalan Sisingamangaraja, Jalan Hang Tuah dan Jalan Raden Patah.

Diperkirakan ada ratusan bangunan kuno yang tersebar di kawasan kota tua ini. Penanda bahwa tempat itu memang pernah menjadi pusat bisnis dan pemerintahan sejak jaman dulu.(ufi)

Kumpulan berita Sidoarjo terkini

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved