Berita Gresik
Cerita Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Gresik, Santrinya Tersebar di Penjuru Nusantara
Kabupaten Gresik dikenal dengan julukan kota Santri. Banyaknya pondok pesantren (Ponpes) yang berdiri di Gresik membuat banyak santri berbondong
Penulis: Willy Abraham | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Willy Abraham
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Kabupaten Gresik dikenal dengan julukan Kota Santri. Banyaknya pondok pesantren (Ponpes) yang berdiri di Gresik membuat banyak santri berbondong-bondong belajar mengaji.
Tidak hanya dari dalam Kabupaten Gresik juga. Santri juga berasal dari luar Gresik. Bahkan sampai luar pulau Jawa. Salah satu pondok pesantren terbesar di Gresik adalah Ponpes Mambaus Sholihin. Pondok pesantren yang berada di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik ini memiliki sejarah panjang.
Banyak do'a ulama, habaib, hingga para santri yang membuat pondok didirikan KH Abdullah Faqih ayah dari KH Masbuhin Faqih bisa sebesar ini. Ponpes yang dulunya hanyalah sebuah surau kecil tempat mengaji para pemuda, kini tumbuh pesat jadi pusat menimba ilmu di penjuru nusantara.
Cikal bakal berdirinya dimulai tahun 1967, ketika itu masih berupa sebuah musala kecil, tempat anak-anak dan pemuda belajar al quran dan belajar dasar-dasar ilmu agama.
Baca juga: Saat Soeharto Batal Beli Pesawat Kepresidenan 16 Juta Dollar, Tak Semua Terungkap ke Masyarakat
Perwakilan pengasuh Dr H M Najib yang tak lain menantu dari KH Masbuhin Faqih, menjelaskan, ponpes ini berdiri, setelah KH Masbuhin Faqih menyelesaikan pendidikannya di Ponpes Langitan Tuban, dan telah mendapatkan restu dari para gurunya.
Karena masih awal, santrinya pun tidak banyak, hanya segelintir, beberapa orang saja. Saat itu, belum ada pendidikan formal seperti sekarang, yang ada hanya ngaji saja.
Setelah berlangsung beberapa tahun dirasa ponpes butuh madrasah formal, kemudian berdirilah Madrasah Tsanawiyah dan Masrasah Aliyah.
"Alhamdulillah lambat laun sampai sekarang ada perguruan tingginya. Santri Mambaus sholihin dari segala penjuru Indonesia ada di sini," kata Gus Najib, Sabtu (9/4/2022).
Sistem pembelajaran Ponpes Mambaus Sholihin mengadopsi tiga kurikulum pesantren lain.
Dalam bidang pengaplikasian bahasa Arab dan Inggris mengambil ponpes moderen Gontor. Kemudian penerapan pembalajaran kitab kuning dari Ponpes Langitan dan penerapan ubudiyah keagamaan dari Sawah Pulo.
Pengadopsian sistem belajar di tiga pesantren itu, tak lepas dari sejarah KH Masbuhin Faqih yang pernah belajar di Pesantren Gontor dan Langitan. Sang Kyai, karena terinspirasi dengan sistem gurunya, sekaligus tabarukan atau mencari berkah, akhirnya terbentuklah perpaduan pondok salafi dan moderen Mambaus Sholihin.
"Nama Mambaus Sholihin memiliki arti penting, yakni sumber orang-orang soleh," jelasnya.
Saat ini, pesatnya pembangunan ponpes, tak bisa menampug ribuan santri yang akan menimba ilmu. Maka didirikanlah pondok cabang yang tersebar di beberapa daerah hingga luar Pulau Jawa. Pondok cabang itu antara lain, Mambaus Sholihin 2 berada di Blitar, Mambaus Sholihin 3 berada di Bejeng, Mambaus Sholihin 4 berada di Ambon, Mambaus Sholihin 5 berada di Balongpanggang, Mambaus Sholihin 6 berada di Pulau Bali, Mambaus Sholihin 7 berada di Bintan Riau dan Mambaus Sholihin 8 berada di Tuban.
"Kami berharap ponpes Mambaus Sholihin bisa memberikan dampak yang lebih luas kepada masyarakat, mengemban amanah para muazis para guru-guru yang mana mereka berharap Mambaus Solihin seperti namanya menjadi sumber orang-orang yang soleh," terangnya.