Berita Lumajang
Mengintip Sekolah Bambu Anak-Anak Penyintas Semeru di Hutan Bambu Lumajang
Senyum lebar tersirat dari wajah Adit (10), ketika melihat suasana sekolah barunya di area hutan bambu di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG- Senyum lebar tersirat dari wajah Adit (10), ketika melihat suasana sekolah barunya di area hutan bambu di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro, Lumajang. Maklum saja, semenjak Gunung Semeru murka, murid SDN 3 Supiturang ini, sudah 5 bulan menempati sekolah darurat yang terbuat dari tenda. Kini sekolahnya sudah lebih layak. Kontruksi tembok dan lantainya terbuat dari bambu. Atapnya dari asbes. Jika dilihat-lihat rangkaiannya bangunan kelas SDN Supiturang 3, mirip sekali blok-blok rumah panggung.
Bukan hanya Adit, sepasang mata orang lain yang melihat sekolah ini menyimpulkan SDN 3 Supiturang tempat belajar yang ramah lingkungan. Apalagi letak sekolah ini berada di area hutan bambu di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro, rasanya ketika nyiur angin berdesir menyelusup lewat celah-celah bambu bikin suasana terasa asri. Jadi bisa menambah semangat murid-murid untuk beraktivitas.
Sekolah ini baru berdiri 8 hari. Tepatnya tanggal 2 April, ketika awal-awal puasa. Sekolah bambu ini dibangun karena anak-anak tak bisa menempati lagi sekolah mereka yang ada di Dusun Curah Kobokan Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo. Sekolah mereka di sana terkena dampak Gunung Semeru murka pada awal Desember 2021 lalu. Abu vulkanik gunung api telah meluluh lantakkan tembok bangunan sekolah mereka.
Baca juga: Kedapatan Bawa Sabu-sabu dan Pil Dobel L, Janda Satu Anak Asal Tulungagung Ini Ditangkap Polisi
"Sebenarnya enakan di sekolah yang lama. Tapi kan sekarang gak bisa ditempati lagi. Kalau di sini hawanya enak sejuk gak gerah," kata Adit.
April seorang siswa lain menceritakan pengalamannya, belajar di sekolah bambu menjadi hal yang mengasyikkan. Baginya sekolah di ruangan yang dekat dengan alam terbuka bikin suasana belajar lebih nyaman. Tak hanya belajar soal mata pelajaran, di sekolah baru ini para siswa-siswi juga bisa berinteraksi dengan satwa. Karena di dekat hutan bambu ada banyak monyet-monyet berkeliaran. Sering di sela-sela waktu belajar para siswa melempar makanan ke monyet-monyet.
"Kalau monyet-monyet ini gak ganggu kok. Paling cuma gerombol liat kami-kami kayak minta makanan," ujar April.
Martoyo Kepala SDN Supiturang 3 mengatakan, sebelum mendirikan sekolah panggung dari bambu ini pihaknya juga telah membangun sekolah darurat di Dusun Watu Kandang Desa Penanggal Kecamatan Candipuro.
Akan tetapi, sekolah darurat itu tidak terlalu diminati banyak siswa. Sebab, kala itu sekolah darurat tersebut hanya terbuat dari tenda. Terlebih sekolah itu juga terbilang sempit. Tenda ukuran 3x8 dijadikan kelas belajar untuk 73 siswa.
"Banyak yang ngeluh gerah, panas dan tempatnya lumayan jauh dari tempat mereka ngungsi. Jadi waktu itu banyak yang sering bolos," ujar Martoyo.
Saking banyaknya siswa yang mengeluh, pihaknya mencoba mencari solusi.
Lahan kosong di hutan bambu di Desa Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro, pun dilirik untuk dijadikan sekolah darurat.
Pihaknya pun akhirnya melakukan diskusi dengan para perangkat desa setempat. Singkat cerita lobi-lobi itu disetujui pihak desa. Bahkan pihak desa mengusulkan bangunan 6 bangunan kelas di sekolah dibuat dari material susunan bambu-bambu.
"Sekolah bambu ini cuma sementara. Jika nanti sekolah kami sudah direlokasi di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro, sekolah ini kami tinggalkan dan bangunannya bisa dimanfaatkan desa," pungkas dia.
Kumpulan berita Lumajang terkini
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/kegiatan-belajar-siswa-sdn-3-supiturang-di-sekolah-darurat-yang-dibuat.jpg)