Berita Lumajang
Dampak Wabah PMK, Pasar di Lumajang Ramai Pedangan Sapi Tapi Sepi Pembeli, Pengawas: Mungkin Takut
Dilarangnya masyarakat membeli sapi di daerah yang berstatus darurat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), membuat ekonomi pedagang sapi mulai terpukul
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak mulai dirasakan para pedagang sapi. Terlebih bagi mereka yang berdomisili di daerah yang berstatus darurat wabah PMK.
Jumat yang seharusnya menjadi hari pasaran para pedagang sapi di Pasar Patok Lumajang, justru menjadi ajang untuk mereka berjemur. Pasalnya, meski kondisi pasar ramai namun transaksi jual-beli sepi.
Pantauan di lokasi, aktivasi Pasar Patok siang kemarin mulai ramai sejak pukul 13.00 WIB. Pedagang banyak yang kaget karena beberapa jajaran Forkopimda dan petugas dokter hewan mendatangi pasar.
Mereka melakukan pemeriksaan kesehatan sapi-sapi secara teliti. Tampak juga petugas menyemprot disenfektan ke sudut-sudut pasar. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penularan PMK.
Darsuni Pengawas Pasar Patok Lumajang mengatakan, Pasar Patok merupakan tempat jujukan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang bisnis sapi.
Baca juga: Panik Wabah PMK Kian Menyebar, Peternak di Lumajang Pilih Jual Sapi dengan Harga Murah
Setiap hari pasaran pasar ini selalu ramai didatangi pembeli dari luar kota-kota besar. Namun, wabah PMK yang saat ini sudah menyebar luas membuat mereka ketar-ketir membeli sapi.
Menurutnya, meski pasar terlihat ramai namun sebenarnya sepi pembeli.
"Pasarnya sekarang cuma ramai pedagang. Pembeli dari luar kota sepertinya mulai takut datang, mungkin mereka juga khawatir kalau beli sapi dari sini akan kena penyekatan di daerahnya," kata Darsuni.
Menurut Darsuni, merosotnya pembeli itu terlihat dari karcis retribusi yang biasanya disertakan dalam transaksi jual beli sapi.
Sebelum PMK mewabah, satu hari pasaran sapi yang terjual bisa mencapai 200 ekor lebih. Hari ini, karcis retribusi yang keluar berkurang hampir 50 persen.
Baca juga: Isu Wabah PMK Buat Perdagangan Sapi di Tulungagung Sepi, Harga per Ekor Turun Sampai Rp1 Juta
Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar mengatakan, penularan PMK sudah sangat darurat. Jumlah sapi yang terpapar sudah mencapai 420.
Oleh karena itu, pihaknya memperketat lalu lintas perdagang sapi. Artinya sapi dari luar kota dilarang masuk Lumajang, dan sapi dari Lumajang tidak bisa dijual ke luar daerah.
"Sesuai ketentuan Kementrian Pertanian sapi-sapi yang sakit harus dikarantina," ujarnya.
Indah menambahkan, untuk mengembalikan niaga sapi kembali bergeliat, pihaknya kini terus berjuang memutus rantai penularan PMK.
Melalui Dinas Pertanian pihaknya mendistribusikan antibiotik dan vitamin sapi ke desa-desa. Termasuk, menerjunkan petugas Puskeswan agar selalu telaten mendampingi masyarakat dalam menyembuhkan sapi dari PMK.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com