Peran Vital Media Monitoring dalam Dunia Public Relations
Sejalan dengan itu, semua kerja strategis maupun kreatif dari profesional kehumasan dibutuhkan media monitoring dan analisis media.
TRIBUNJATIM.COM - Perkembangan dunia Public Relations (PR) atau Hubungan Masyarakat masa kini, sudah berkembang seiring dengan kian pesatnya perkembangan informasi digital dan teknologi yang bergerak secara dinamis.
Sejalan dengan itu, semua kerja strategis maupun kreatif dari profesional kehumasan dibutuhkan media monitoring dan analisis media.
Dengan media monitoring dan analisis media, maka didapatkan data dasar sehingga mampu memotret persepsi di publik.
“Media monitoring yang kemudian dianalisa tersebut berasal dari kumpulan berita, baik media konvensional maupun media digital berbasis online, bahkan di media sosial dimana kesemuanya menggambarkan persepsi yang ingin dibangun.
Baca juga: Tekankan Pentingnya Literasi Media, AMSI Gelar Training Literasi Berita Bagi Publik di 10 Wilayah
Disini kita diingatkan data tersebut adalah data sekunder. Data sekunder bukan data yang sebenarnya tapi data yang ingin dipersepsikan. Yang dipersepsikan ini bukan data yang sebenarnya, maka perlu penggalian lebih lanjut untuk mendapatkannya,” jelas Ika Sastrosoebroto selaku CEO Prominent PR, yang juga penulis buku 'Public Relations Tales' dalam keterangan tertulis, Kamis (9/6/2022).
Apa saja yang dimonitor dalam media monitoring? Itu adalah 5 w + 1 H (what, where, when, who, when dan How dari suatu korporasi/organisasi.
Bisa juga diperkuat dengan TAPLE yaitu time (saat kejadian di pagi, siang atau sore), aspect (bisa dari bisnis, pendidikan dan hal lainnya), prespective (unsur zoom in atau zoom out), location & extremitity (pro dan kontra).
Dan bagaimana mendapatkan data primer, menurut pengalamannya bahwa dari data sekunder itu harus mencari latar belakang penulisan persepsi tersebut lalu dianalisa agar mendapatkan info yang cukup mendalam.
Setelah itu digali lagi agar menjadi knowledge dan makin dipertajam sehingga mendapatkan insight dan akhirnya didapatlah wisdom -nya untuk dipergunakan sebagai dasar menyusun strategi public relations.
Dapat dibayangkan, jika dari data sekunder lalu dianalisa dan langsung dijadikan dasar menyusun strategi maka dari data yang tidak valid maka strateginya pun tak tepat untuk melakukan klarifikasi terhadap isu tersebut.
Berdasarkan data sekunder yang telah dicerna sampai mendapatkan wisdom-nya tersebut, korporasi/organisasi akan dapat membuat satu peta isu (issues mapping) untuk menyusun strategi berdasarkan kerangka kerja (frame) yang ditetapkan bersama.
Dari situ korporasi/organisasi dan konsultan PR atapun perlu menetapkan tahapan komunikasi (Communicatio Staging), sehingga pada akhirnya mampu memulai dari tahapan awareness sampai mencapai tahapan loyalty beyond reason, yang tujuan akhirnya adalah mendapatkan/menghasilkan outcome sesuai target yang mereka tetapkan.
Hal tersebut erat kaitannya dengan proses bisnis yang dilalui perusahaan ataupun instansi selama periode tertentu.
Bila sudah sampai pada usia tahapan tersebut, maka terlihat kinerja perusahaan sudah lebih stabil (kokoh), sehingga tidak mudah digoyang oleh berbagai isu yang berkembang di masyarakat.
“Saya terapkan di kantor Prominent PR, ketika mahasiswa mengikuti program kuliah praktek ataupun calon pegawai bekerja dengan sistem magang, mereka kerap diminta menangani media monitoring, karena mereka menjadi garda terdepan untuk memonitor isu yang berkembang. Dari sini mereka mulai mempelajari perjalanan satu isu di masyarakat, apakah berhenti di satu titk atau berkembang seperti bola liar,” jelasnya.
Itu sebabnya perlu juga lebih awas dan cermat saat bertugas di bidang ini. Tujuannya supaya lebih paham, mana berita yang berpotensi menjadi krisis atau masuk radar bahaya bagi para pengambil keputusan.
Dari sana biasanya mereka akan diminta untuk mulai merapihkan proposal kerja. Proses itu menjadi tahapan yang perlu dilalui agar mereka dapat membangun struktur berpikir. Sehingga nantinya mampu membangun strategi dan tahapan membentuk persepsi publik sesuai harapan yang diinginkan.