Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jember

Kisah Kakek Pencari Rumput dari Jember Demi Bisa Naik Haji, Hidup Sederhana di Lereng Gunung Raung

Mula (60) tidak menyangka dirinya dipanggil oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Jember Muhammad saat pelepasan dan doa bersama calon jemaah haji di G

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/Sri Wahyunik
Pak Mula, hasil ngarit atau mencari rumput untuk pakan ternak mengantarkan dia berhaji 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sri Wahyunik

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Mula (60) tidak menyangka dirinya dipanggil oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Jember Muhammad saat pelepasan dan doa bersama calon jemaah haji di Gedung Balai Serbaguna, Jember, Rabu (15/6/2022).

Mendadak namanya dipanggil, dan diminta maju serta berdiri di hadapan tokoh Kabupaten Jember, dan ratusan orang calon haji.

Mula pun tersenyum, tersipu malu. Muhammad mengenalkan dirinya sebagai orang yang patut diapresiasi, dan dicontoh. Kegigihan Mula dalam mengumpulkan biaya haji, kata Muhammad, patut dicontoh.

"Karena dari ngarit (merumput)," ujar Muhammad.

Surya (Tribun Jatim Network) akhirnya berbincang dengan Pak Mula, warga Dusun Ujung Babi Desa Gunung Malang Kecamatan Sumberjambe tersebut.

Perbincangan yang dibantu rekan saru regu hajinya, karena Mula tidak mahir berbahasa Indonesia.

"Tidak bisa," jawab Mula ketika ditanya Surya apakah bisa berbahasa Indonesia.

Dia mengerti apa yang dibicarakan orang dalam Bahasa Indonesia, namun terkadang untuk menjawab, dia kebingungan. Sehari-hari dia memakai Bahasa Madura.

Baca juga: Calon Jemaah Haji Asal Sumenep Malu karena Gagal Berangkat: Tidak Bisa Ditebus dengan 1 Miliar

Hidup di lereng Gunung Raung di Kecamatan Sumberjambe, Mula memang jarang keluar dari daerahnya. Dia keluar dari kawasan tinggalnya jika ada keperluan penting, seperti sambang putrinya di pondok pesantren.

Perjalanan jauh, bahkan sampai keluar negeri akan dia jalani pada 22 Juni mendatang, yakni ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.

Mula bercerita kalau dirinya memang berniat haji. Karena itulah, dia bekerja keras untuk mengumpulkan biaya haji.

Cara yang dia lakukan adalah melalui tabungan sapi. Dia menerima gadu sapi, atau memelihara sapi milik orang lain.

Ketika sapi beranak, dia mendapatkan bagian. Anak sapi itu dia pelihara untuk dijadikan induk, sampai akhirnya juga beranak. Sampai akhirnya, dia memiliki empat ekor sapi dari kerja kerasnya berpuluh tahun.

Mula dan keluarganya hidup sangat sederhana. Bahkan dia baru memiliki sepeda motor tiga tahun terakhir. Selama ini dia hanya memakai sepeda onthel untuk kendaraan bepergian.

Baca juga: Calon Jemaah Haji Kedapatan Bawa Uang Rp 150 Juta, Petugas Sebut Masih Banyak Koper CJH Overweight

Bahkan untuk menjenguk sang anak di Ponpes yang berada di Desa Suger Kecamatan Jelbuk, dia memilih ngonthel. Padahal jarak rumahnya ke Ponpes sang anak sekitar 30 Km. Kisah ngonthel menjenguk sang anak ke pondok ini terjadi sebelum tujuh tahun silam.

Sampai akhirnya tujuh tahun lalu, anaknya sudah lulus dari pondok. Namun dia pun tidak langsung bisa membeli sepeda motor.

"Baru tiga tahun lalu bisa beli sepeda motor," ujarnya dalam Bahasa Madura yang diartikan oleh teman satu regunya.

Sampailah di tahun 2011 lalu, dirinya melihat sang sapi sudah bisa untuk dijual. Dia membutuhkan biaya pendaftaran haji Rp 25 juta. Dia menjual dua ekor sapinya.

"Ya memang dari hasil ngarit (merumput). Ngopeni sapi milik tetangga awalnya, sampai bisa punya sapi. Memang niat untuk haji," tuturnya lirih masih dalam Bahasa Madura.

Baca juga: Terdeteksi X-Ray, Koper Calon Jemaah Haji asal Tuban Ini Diperiksa, Rupanya Bawa 5 Liter Beras

Dia memang memiliki sawah, namun tidak luas, hanya 600 meter persegi. Hasil pertanian di sawah itu dipakainya untuk menghidupi keluarga.

Sedangkan si sapi memang diniatkan sebagai tabungan haji. 12 tahun berlalu, sampai akhirnya, namanya masuk dalam jamaah calon haji 2022 (setelah tertunda dua tahun akibat pandemi).

Dia pun harus melunasi biaya haji yang totalnya mencapai Rp 37 juta. Dia pun kembali menjual satu ekor sapinya untuk melunasi biaya haji.

"Sekarang tinggal satu ekor," imbuhnya sambil terkekeh.

Karena biaya yang dia miliki ngepas, Mula tidak bisa mengajak sang istri berhaji. Biaya hasil menjual sapi hanya cukup untuk satu orang saja.

Namun dia mensyukuri hasil kerja kerasnya selama berpuluh tahun memelihara sapi. Dan meskipun mampu berhaji, Mula dan keluarga berasal dari keluarga sederhana.

Karena hal itulah, Kepala Kemenag Jember Muhammad menjadikan Mula sebagai sosok yang menginspirasi bagi orang lain.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved