Berita Lumajang
Sedih Dagangan Sepi, Pedagang Daging Sapi di Lumajang Merenung di Lapak Jualan: Susah Lakunya
Harga daging sapi memang masih terpantau stabil. Namun, semenjak penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak luas banyak pedagang daging mengeluh
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG- Harga daging sapi memang masih terpantau stabil. Namun, semenjak penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak luas banyak pedagang daging mengeluh omzet penjualan anjlok. Hal ini ditengarai karena minat masyarakat mengonsumsi daging turun.
Sarmi salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Baru Lumajang terlihat merenung di dalam standnya. Meski hari sudah siang, namun gantungan daging di standnya masih terlihat penuh.
Sarmi mengatakan, semenjak wabah PMK menyebar semakin tak terkendali pelan-pelan pelangganya menghilang. Hal itu sudah terjadi sejak 3 minggu terakhir.
Jika keadaan normal sehari dia bisa menjual tiga ekor sapi, sekarang turun drastis. Dua hari sekali baru bisa menjual satu ekor sapi.
“Sudah 3 minggu ini sepi pembeli, biasanya sehari sembelih 3 ekor sapi, semenjak ada wabah ini hanya potong 1 ekor saja. Itupun susah lakunya,” ujarnya.
Baca juga: Kesal Tugas Kuliah Sering Dicontek, Mahasiswa di Bangkalan Curi Laptop Teman Sekamar, Endingnya Pilu
Keluhan yang sama diungkapkan Hari salah seorang pedagang daging lain. Dia mengatakan, semenjak PMK merebak, pelangganya banyak yang beralih membeli daging ayam.
Alasannya lebih higienis dan harganya tergolong lebih murah. Padahal menurutnya, penjualan daging sapi di pasar sudah sesuai anjuran.
Di mana semua sapi disembelih di rumah pemotongan hewan (RPH). Sehingga kondisi kesehatan sapi sudah terpantau petugas kesehatan hewan.
"Kalau langganan yang tetap beli paling ya pedagang bakso atau rumah makan kalau masyarakat jarang," katanya.
Hari berharap, pemerintah segera bisa mengatasi masalah PMK. Terutama segera mendistribusikan vaksin untuk memutus penularan. Sehingga wabah ini bisa tertangani dan daging sapi bisa kembali diminati masyarakat.