Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Blitar

Kisah Ayah di Blitar Coba Selamatkan Anaknya yang Terseret Ombak, Tapi Malah Berakhir Pilu

Aksi heroik yang dilakukan seorang ayah demi selamatkan anaknya malah berujung tragis. Hal itu terjadi di Blitar

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Imam Taufiq
Lokasi tenggelamnya ayah di Blitar yang ingin selamatkan anaknya, Jumat (24/6/2022) 

Itu berjarak 9 km atau sebelah timurnya. Meski tidak jauh dengan pantai wisata Tambakrejo namun kondisinya masih sepi karena belum dikenal oleh wisatawan lokal. Beda dengan Pantai Tambakrejo, selain sudah jadi destinasi wisatawan juga ada banyak pilihan untuk dikunjungi. Di antaranya, mepet dengan perkampungan nelayan sehingga selalu ramai, juga ada tempat pelelangan ikan dan pangkalan perahu nelayan dari berbagai daerah.

"Namun, di pantai itu (Nglempar), kondisinya masih sepi dan jauh dari perkampungan penduduk, bahkan belum dikunjungi wisatawan," paparnya.

"Dekat dengan desa korban sehingga meski datang malam hari, namun warga sekitar situ sepertinya sudah tidak asing," ujarnya.

Perlu diketahui, Pantai Nglempar juga disebut dengan nama Pantai Pudak. Jaraknya tidak jauh dari Pantai Tambakrejo, yang cukup terkenal itu karena banyak dikunjungi wisatawan.

Itu berjarak 9 km atau sebelah timurnya. Meski tidak jauh dengan pantai wisata Tambakrejo namun kondisinya masih sepi karena belum dikenal oleh wisatawan lokal.

Beda dengan Pantai Tambakrejo, selain sudah jadi destinasi wisatawan juga ada banyak pilihan untuk dikunjungi. Di antaranya, mepet dengan perkampungan nelayan sehingga selalu ramai, juga ada tempat pelelangan ikan dan pangkalan perahu nelayan dari berbagai daerah.

"Namun, di pantai itu (Nglempar), kondisinya masih sepi dan jauh dari perkampungan penduduk, bahkan belum dikunjungi wisatawan," paparnya.

Setelah menempuh perjalanan tidak sampai 30 menit, sepeda motor yang ditumpangi korban dan istri serta anak itu sampai di pantai. Tak berselang lama, mereka mencari lokasi untuk dipakai melempar kailnya. Akhirnya, ditemukan lokasi di atas batu karang, yang dipakai duduk bertiga. Tak hanya Sumaji yang memancing namun anaknya yang berusia 13 tahun itu, juga tidak mau hanya menunggu melainkan memancing sendiri.

Yang tak memancing hanya ibunya, Erna. Namun, ia dengan setia menungguinya, dengan sama-sama duduk di atas batu, yang ada di tepi laut. Tingginya batu itu hanya setengah meter dari air tepi pantai itu.

"Belum diketahui, apakah korban itu sering memancing di pantai itu atau tidak. Sebab, kami masih kosentrasi untuk melakukan pencarian," ujarnya.

Baru pada lemparan kailnya yang pertama, tiba-tiba datang ombak besar. Itu langsung menghantam batu karang, yang diduduki mereka bertiga. Ketiganya juga terkena hempasan ombak yang menghantam batu--tempatnya melempar senar pancingnya itu. Celakanya, anaknya langsung terjebur, sedang bapak dan ibunya, tidak apa-apa meski basah kuyup.

"Ombak itu tidak diduganya karena sebelumnya hanya landai-landai saja. Namun baru mulai memancing tiba-tiba datang ombak seperti itu," paparnya.

Melihat anaknya terjebur setelah dihantam ombak, namanya ayah, Sumaji langsung mengejarnya.

Tanpa berpikir akan bahaya padanya, ia langsung melompat Sedang, istrinya menunggu di atas batu karang sambil menangis ketakutan. Dalam kondisi seperti itu, Erna kian khawatir karena suaminya tak juga terlihat muncul ke permukaan meski sudah beberapa menit.

Begitu suaminya tak muncul-muncul, ia bukan hanya bisa menangis dengan kian ketakutan namun juga kebingungan yang luar biasa. Sebab, tak ada orang lain di pantai, selain dirinya sendiri.

Akhirnya, ia mencari pertolongan ke warga, yang jaraknya sekitar 1 km ke perkampungan terdekat. Begitu warga nelayan berkumpul, malam itu dilakukan pencarian namun baru Sabtu kemarin, jasad anaknya ditemukan.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved